Fenomena 'Buang' Dolar AS

Buang Dolar Jadi 'Jalan Pintas' RI Hemat Devisa Negara?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
06 April 2023 21:20
Penukaran uang asing di Cash Exchange, Panglima Polim, Senin (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penukaran uang asing di Cash Exchange, Panglima Polim, Senin (26/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Transaksi bilateral dua negara tanpa menggunakan dolar Amerika Serikat (AS) atau biasa disebut local currency settlement (LCS), menjadi salah satu instrumen yang membuat Indonesia dapat menghemat cadangan devisa negara.

Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, dalam menghadapi volatilitas nilai tukar mata uang global seperti dolar AS dan euro, penggunaan LCS merupakan solusi untuk bisa membuat Indonesia mengurangi ketergantungan akan kebutuhan dolar AS.

"Permintaan mata uang tertentu, terutama dolar AS tentu bisa menggangu cadangan devisa negara. Apalagi jika transksi dilakukan dalam skala besar seperti kegiatan ekspor-impor," jelas David kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/4/2023).

Seperti diketahui, penggunaan mata uang dolar AS sebagai settleent currency dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra dagang saat ini masih dominan, yakni di atas 90% pada transaksi ekspor dan di atas 85% pada transaksi impor.

Dalam struktur ekonomi Indonesia, dominasi dolar AS sebagai settlement currency dalam perdagangan Indonesia dengan berbagai mitra dagang menimbulkan ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap dolar AS.

"Yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko kerentanan eksternal ekonomi Indonesia terhadap shock yang bersumber dari dinamika ekonomi global," jelas David.

Dengan ketergantungan yang tinggi terhadap dolar AS, saat ada masalah 'kerentanan' ekonomi global mendorong pelaku pasar keuangan bereaksi. Hal tersebut berdampak pada stabilitas makro ekonomi Indonesia, yakni berasal dari volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Bagi pelaku usaha, volatilitas nilai tukar rupiah dapat mempengaruhi stabilitas bisnis karena kewajiban pembayaran utang luar negeri atau perdagangan menjadi sulit diprediksi.

Dalam perekonomian, stabilitas nilai tukar menjadi ukuran penting untuk mendukung pertumbuhan dunia usaha secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI melakukan beberapa kebijakan untuk mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan kerjasama LCS berbasis Appointed Cross Currency Dealers (ACCD) dengan bank sentral/otoritas mitra.

Melalui kerja sama ini, Bank Indonesia dan bank sentral/otoritas menyepakati framework untuk memfasilitasi setelmen perdagangan dan investasi antara kedua negara menggunakan mata uang lokal.

Dalam transaksi LCS BI telah melakukan kerjasama dengan otoritas setempat negara Malaysia, Thailand, China, dan Thailand.

Selain LCS, adalah juga perjanjian kerjasama bilateral currency swap arrangement (BCSA). Bank Indonesia telah melakukan kerjasama BCSA dengan otoritas moneter Korea Selatan, China, Australia, Singapura, dan Malaysia.

Adanya perjanjian kerjasama BCSA ini, maka setiap transaksi perdagangan dan investasi yang dilakukan kedua negara, dapat menggunakan mata uang lokal masing-masing.

Ada juga local currency transaction (LCT), yakni transaksi yang memudahkan masyarakat untuk bisa berbelanja di negara tujuan menggunakan mata uang lokal, dalam hal ini rupiah. Artinya transaksi ini lebih kepada untuk transaksi ritel.

Bank Sentral dari empat negara ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT), sudah sepakat bekerjasama dalam mewujudkan dan mendukung pembayaran yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif.

Salah satu perwujudan LCT adalah dengan mengimplementasikan QRIS antarnegara. QRIS antarnegara adalah sistem pembayaran lintas negara (cross-border payment) berbasis kode QR yang dapat digunakan untuk transaksi lintas negara.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma Korea, RI & 4 Negara Ini Kompak Tinggalkan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular