Internasional

Huru-Hara Tetangga RI, Xi Jinping Panas ke Filipina-Malaysia

Tommy Patrio Sorongan & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 April 2023 06:40
China's Chen Meng, left, and Sun Yingsha hold their national flag after winning the table tennis women's singles gold medal match at the 2020 Summer Olympics, Thursday, July 29, 2021, in Tokyo. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: AP/Kin Cheung

Jakarta, CNBC Indonesia - Huru-hara terjadi lagi di dekat RI. Ini terkait perkembangan Laut China Selatan (LCS).

Perlu diketahui China mengklaim laut kaya sumber daya alam itu dengan konsep " sembilan garis terputus-putus". Ini mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi).

China menuntut sekitar 80% dari LCS dan menyebabkan ketegangan dengan sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam termasuk RI, di Laut Natuna. Padahal Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016 telah mengatakan "sembilan garis putus-putus" China, tidak memiliki dasar hukum.

Terbaru, China memanas ke dua negara tetangga, Filipina dan Malaysia. Ada apa?

Filipina

China dilaporkan mengecam Filipina di LCS. Ini terungkap dalam konferensi pers mingguan, Selasa (4/4/2023).

Dikutip AFP, hal itu terkait dengan langkah Filipina membuat pangkalan militer tambahan yang dapat digunakan digunakan oleh pasukan Amerika Serikat (AS). Termasuk satu di dekat LCS yang disengketakan dan satu lagi tidak jauh dari Taiwan.

"Karena kepentingan pribadi, AS mempertahankan mentalitas zero-sum dan terus memperkuat penempatan militernya di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.

"Hasilnya pasti akan meningkatkan ketegangan militer dan membahayakan perdamaian dan stabilitas kawasan," tambahnya.

Filipina dan AS merupakan sekutu pertahanan lama. Mereka berbagi perjanjian pertahanan bersama selama puluhan tahun, tetapi kehadiran pasukan AS di negara Asia Tenggara itu tetap menjadi masalah sensitif.

Washington juga memiliki dua pangkalan militer utama di Filipina. Namun pangkalan itu ditutup pada awal 1990-an setelah meningkatnya sentimen nasionalis.

Pada tahun 2014, keduanya menandatangani EDCA, atau Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan, yang melengkapi Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA) tahun 1999.

VFA memberikan perlindungan hukum untuk latihan perang bersama berskala besar antara kedua sekutu lama tersebut. Selain itu, perjanjian ini memberikan pasukan AS akses ke lima pangkalan Filipina.

Pada bulan Februari, AS mengumumkan Manila telah setuju bahwa pasukan Amerika akan memiliki akses ke empat lokasi baru miliki militer Filipinai, sehingga total saat ini menjadi sembilan.

"Keempat lokasi tersebut telah dinilai oleh militer Filipina dan dianggap sesuai dan saling menguntungkan," kata Kantor Komunikasi Kepresidenan dalam sebuah pernyataan.

Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa lokasi keempat pangkalan itu berada di Filipina Utara yang berbatasan dengan Taiwan. Situs lain akan menjadi pangkalan udara di Pulau Balabac, di lepas ujung selatan Pulau Palawan, dekat LCS.

"Kami juga akan menambah US$ 82 juta (Rp 1,2 triliun) yang telah kami alokasikan untuk investasi infrastruktur di situs EDCA yang ada", tambahnya.

Manila sendiri memang memiliki hubungan yang panas dengan China karena klaim teritorial LCS. Kedua negara terus saling klaim beberapa pulau yang ada di lautan itu.

Terbaru, terjadi insiden penembakan sinar laser oleh armada laut China kepada kapal patroli Filipina di sekitar kawasan itu. Filipina mengirimkan protes keras.

Malaysia

Masalah China dengan Malaysia juga muncul pekan ini. Hal tersebut terkait dengan "harta karun" LCS yakni minyak.

Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim menyebut China menyatakan "keprihatinan " tentang aktivitas energi oleh perusahaan negara Malaysia Petronas. Padahal, menurut Malaysia, proyek tersebut berada di wilayahnya.

Pernyataan Anwar datang setelah dia membuka pintu untuk negosiasi dengan China awal pekan ini. Ini dilakukan sebagai tanda meningkatnya tekanan pada operasi energi Malaysia di perairan yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

Petronas mengoperasikan ladang minyak dan gas di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia sepanjang 200 mil. Namun, dalam beberapa tahun terakhir telah beberapa kali bertemu dengan kapal-kapal China.

"China khawatir Petronas telah melakukan aktivitas besar di wilayah yang juga diklaim oleh China", katanya, dimuat Reuters.

"Saya tegaskan... bahwa Malaysia melihat wilayah itu sebagai wilayah Malaysia, oleh karena itu Petronas akan melanjutkan kegiatan eksplorasinya di sana," tegas Anwar.

"Kementerian luar negeri Malaysia akan mengeluarkan nota protes jika ada tabrakan antara kapal Malaysia dan China di sana," tambahnya.

Wadah pemikir AS, Prakarsa Transparansi Maritim Asia (AMTI), pekan lalu mengatakan kapal penjaga pantai China selama sebulan terakhir beroperasi di dekat pengembangan gas Kasawari Petronas di lepas pantai negara bagian Sarawak Malaysia dan mendekati proyek sejauh 2,4 km.

Sebuah kapal angkatan laut Malaysia berada di daerah itu. Lapangan Kasawari diperkirakan memiliki cadangan gas sebesar 3 triliun kaki kubik dan diperkirakan akan mulai berproduksi tahun ini.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Perang Dekat RI, Militer China dan Filipina Bentrok di LCS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular