Macro News

ADB: Keputusan OPEC Bikin Negara Asia Makin Pusing

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 April 2023 06:55
Kilang minyak
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan anggota OPEC+ memangkas produksi minyak mentah bisa berdampak panjang. Salah satunya adalah kenaikan inflasi di negara-negara Asia.

Pada hari Minggu (2/4/2023) beberapa anggota OPEC+ mengatakan mereka akan secara sukarela memotong produksi gabungan lebih lanjut sebesar 1,16 juta barel per hari, dalam langkah yang independen dari strategi produksi blok yang lebih luas.

Hal ini terjadi hampir enam bulan setelah OPEC dan sekutunya memutuskan untuk memangkas produksi sebesar dua juta barel per hari. Hal ini dapat menyebabkan harga minyak mentah dunia melambung tinggi.

Keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak bisa kembali melambungkan inflasi kawasan Asia, mengingat banyak dari mereka yang berstatus net importir minyak.

Albert Park, kepala ekonom di Asian Development Bank mengatakan harga minyak yang lebih tinggi menjadi tantangan di kawasan regional dan memaksa mereka harus membuat "keputusan sulit" terkait inflasi.

Sebagian besar negara Asia adalah importir minyak, seperti Indonesia dan negara yang ada di wilayah Asia Tengah. Akibatnya, pemotongan produksi minyak OPEC+ yang tiba-tiba dapat menyebabkan lonjakan harga.

"Dengan kenaikan harga minyak OPEC dan perkiraan peningkatan permintaan yang berasal dari China, kami dapat melihat harga minyak melampaui perkiraan kami sebesar USD88," ucap Albert kepada CNBC "Squawk Box Asia" pada hari Selasa (4/4/2023).

"Hal tersebut akan memberi tekanan (kepada negara Asia) karena minyak yang lebih tinggi, jelas sekali, meningkatkan biaya produksi. Mereka juga meningkatkan tekanan inflasi." imbuhnya.

Hal ini menempatkan "banyak tekanan" pada pemerintah daerah untuk membuat "beberapa keputusan sulit tentang mencoba mengendalikan inflasi dan mendukung pemulihan ekonomi," tambah ekonom tersebut.

Inflasi 'Memoderasi'

Park mengatakan inflasi di kawasan Asia terbilang "moderat". Namun, tingkat inflasi inti-di luar harga makanan dan energi yang bergejolak- masih lebih tinggi dari biasanya.

"Otoritas moneter perlu waspada, dan kita mungkin masih belum melihat akhir dari kenaikan suku bunga yang tinggi di wilayah tersebut," kata Park. 

Inflasi diperkirakan akan moderat tahun ini dan selanjutnya, secara bertahap mendekati tingkat pra-pandemi, kata ADB dalam laporannya Asian Development Outlook (ADO) April 2023 yang dirilis pada Selasa.

Inflasi utama diperkirakan akan melambat menjadi 4,2% pada tahun 2023 dan 3,3% pada tahun 2024 dibandingkan dengan 4,4% tahun lalu.

"Sementara suku bunga yang lebih tinggi dan harga komoditas yang masih tinggi diperkirakan akan meningkatkan kemungkinan inflasi, headline inflasi akan tetap sama tahun ini di Asia Timur dan penurunan di sub wilayah lainnya," menurut laporannya.

Dampak pembukaan kembali ekonomi China

Prospek ekonomi Asia telah membaik sejak China kembali membuka aktivitas ekonomi dan menjauh dari pembatasan Covid yang ketat tahun lalu, ucap ADB.

Pertumbuhan di Asia yang sedang berkembang diperkirakan sebesar 4,8% untuk tahun 2023 dan tahun depan, dengan Asia Selatan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dari wilayah lainnya.

"Sebelum China meninggalkan kebijakan nol Covid, perkiraan kami untuk pertumbuhan di China tahun ini adalah 4,3%. Tapi kami telah meningkatkan perkiraan menjadi 5%," imbuh Park.

"Jika konsumen China kembali, akan sangat baik untuk wilayah tersebut. China merupakan sumber permintaan untuk banyak barang yang diproduksi di wilayah tersebut," ucap Park.

Lebih penting lagi, ekonomi China semakin "tertanam dalam rantai nilai global di wilayah ini. Pelonggaran mobilitas di China akan membebaskan rantai pasokan, dan itu bisa menjadi keuntungan" bagi wilayah tersebut.

Namun ADB memperingatkan bahwa ada "tantangan yang segera muncul" yang masih dapat menghambat pemulihan wilayah.

"Gejolak perbankan baru-baru ini di Eropa dan Amerika Serikat merupakan indikasi bahwa risiko stabilitas keuangan telah meningkat. Pembuat kebijakan harus tetap waspada di lingkungan pasca-pandemi suku bunga dan utang yang lebih tinggi," tambahnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Ambles, Nyaris Terendah dalam 2 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular