Ada 2 'Harta Karun' Raksasa di Timur RI, Pertamina Mau Garap?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dikatakan masih memiliki potensio sumber daya minyak yang cukup besar untuk dikembangkan. Nah, salah satu potensi minyak raksasa berada di dua wilayah di timur Indonesia yaitu Warim, Papua dan Seram, Maluku.
Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Endro Hartanto menyadari potensi Warim dan Seram dikabarkan cukup besar. Namun demikian, proses pengambilalihan suatu wilayah kerja migas adalah sebuah aksi korporasi.
Sementara, Pertamina EP Cepu sejauh ini tidak mempunyai kendali atas hal tersebut. Pasalnya, aksi korporasi perusahaan hanya bisa dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina.
"Corporate action itu adanya di subholding kami di PHE, jadi mekanismenya nanti tim holding kami akan review itu kemudian akan dilihat ekonomi risk seperti apa dan volumenya cukup besar itu harus dibuktikan dengan pemboran. Bisa saja orang sebut suatu angka tertentu semoga terwujud dengan pemboran," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (3/4/2023).
Meski begitu, Endro mengaku siap apabila diberi kepercayaan dari PHE untuk mengelola dua area tersebut. Mengingat, hal ini akan menambah portofolio PEPC grup. "Kami anak usaha PHE grup kalau diberikan kepercayaan untuk kelola Warim dan Seram tadi tentunya dengan senang hati," ujarnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan potensi minyak yang berada di wilayah timur Indonesia yaitu Warim, Papua dan Seram, Maluku telah dilirik investor. Hal tersebut menyusul adanya potensi sumber daya yang dibilang cukup besar di dua area tersebut.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf mengatakan saat ini kedua area tersebut tengah dipersiapkan untuk dapat dilelang. Mengingat, beberapa perusahaan minyak baik internasional maupun dalam negeri tertarik untuk mengelola area tersebut. "Sedang disiapkan untuk ditawarkan. Beberapa oil company ada yang tertarik, terutama di Seram," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Selasa (14/2/2023).
Meski begitu, untuk area Warim sendiri ia menyadari pengembangannya terganjal lantaran area migas yang berlokasi di wilayah perbatasan dengan Papua Nugini tersebut berada di dalam area hutan nasional lorentz. Oleh sebab itu, saat ini SKK Migas bersama Kementerian ESDM tengah mengusahakan untuk mendapatkan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ia pun berharap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berencana mengambil kedua area ini dapat melakukan kegiatan eksplorasi yang lebih insentif. Dengan demikian, cadangan minyak RI yang saat ini semakin menipis dapat digantikan dengan adanya temuan baru tersebut.
Seperti diketahui, pemerintah saat ini tengah getol menggenjot peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Beberapa diantaranya dengan fokus mengembangkan eksplorasi migas di lima area, salah satunya yakni Warim yang berlokasi di Papua.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa area Warim menyimpan potensi migas yang cukup besar untuk dikembangkan. Namun, pengembangannya terganjal lantaran area migas ini berada di dalam area hutan nasional lorentz.
"Warim gede, cuma kan masih kita harus selesaikan, bisa gak kita upayakan, karena kalau Warim ini bisa kita kembangkan luar biasa Indonesia ini," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (10/2/2023).
Berdasarkan data Kementerian ESDM, area Warim sendiri mempunyai potensi sebesar 25,968 miliar barel minyak serta 47,37 triliun kaki kubik gas (TCF). Adapun potensi gas Warim diketahui melebihi produksi gas milik Blok Masela yang diperkirakan hanya mencapai 10,73 TCF.
Di sisi lain, Arifin mengakui bahwa umur cadangan minyak RI saat ini diperkirakan hanya mampu bertahan sekitar 9 sampai 10 tahun saja. Oleh sebab itu, perlu upaya ekstra untuk menggenjot peningkatan produksi.
(pgr/pgr)