Air Products Hengkang, Investor China Antre Mau Garap DME RI

News - Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
30 March 2023 14:20
Air Products & Chemicals Inc. (Dok. airproducts) Foto: Air Products & Chemicals Inc. (Dok. airproducts)

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai keputusan hengkangnya perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc, dari proyek hilirisasi batu bara RI beberapa waktu lalu, kini dikabarkan banyak investor baru mengantre untuk menggantikannya.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Triharyo Soesilo membocorkan, investor baru yang berminat untuk berinvestasi di proyek hilirisasi batu bara RI ini yakni berasal dari negara China.

Seperti diketahui, Air Products hengkang dari dua proyek hilirisasi batu bara RI. Pertama, proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, bersama dengan konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

Kedua, proyek hihlirisasi batu bara menjadi metanol di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Perusahaan AS ini bekerja sama dengan PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK). Adapun sumber batu baranya berasal dari PT KPC dan PT Arutmin Indonesia, Bakrie Group.

"Banyak (investor China) yang berminat. Silahkan PTBA cari," ungkap Tri selepas menghadiri acara Pupuk Indonesia Clean Ammonia Forum (PICAF) 2023 di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Antusiasnya para investor China bukan tanpa alasan. Menurut Tri, produksi DME terbesar terdapat di China dengan kapasitas mencapai 12 juta ton per tahun. Pengalaman tersebut menurutnya bisa dijadikan acuan bagi PTBA untuk memulai proyek DME perdananya.

Tri menyebut, tidak menutup kemungkinan jumlah investor baru bisa lebih dari satu.

Bila proyek hilirisasi batu bara ini tidak dilanjutkan, maka menurutnya ini bisa membuat Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terancam dicabut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba), pengusaha wajib meningkatkan nilai tambah dari hasil tambang atau hilirisasi. Ini juga menjadi syarat perpanjangan operasional tambang dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

PTBA pun diimbau untuk gencar mencari mitra baru untuk melanjutkan proses hilirisasinya. Pasalnya, proyek DME ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN), dan digadang-gadang bisa menekan impor LPG.

Bahkan, pada saat groundbreaking proyek DME 24 Januari 2022 di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini, Presiden Jokowi langsung hadir dan menyaksikan awal pembangunannya.

Proyek DME di Tanjung Enim ini mulanya ditargetkan bisa menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dan diperkirakan menyerap 6 juta ton batu bara per tahunnya.

Dengan produksi 1,4 juta ton DME per tahun, maka diperkirakan bisa menekan impor LPG sebesar 1 juta ton per tahunnya. Proyek bernilai investasi US$ 2,1 miliar ini ditargetkan bisa menghemat devisa pengadaan impor LPG hingga Rp 9,14 triliun per tahun.

Menteri ESDM Arifin Tasrif sempat memaparkan bahwa proyek gasifikasi batu bara PT Bukit Asam (PTBA) menjadi DME ditargetkan akan beroperasi komersial (Commercial Operation Date/ COD) pada kuartal empat tahun 2027.

Sementara proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol di Kalimantan Timur bersama Bakrie Group, diharapkan dapat mengurangi impor gas Indonesia sebesar US$ 7,6 miliar selama masa produksi dan meningkatkan perolehan devisa hingga US$ 4,7 miliar selama masa konstruksi dan produksi.

Dengan adanya proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol ini, diharapkan dapat mengurangi impor LPG Indonesia sebesar US$ 7,6 miliar selama masa produksi dan meningkatkan perolehan devisa hingga US$ 4,7 miliar selama masa konstruksi dan produksi.

Proyek yang mulanya akan dilakukan Air Products bersama PT APEK ini memiliki rencana investasi sebesar Rp 33 triliun dan target kapasitas produksi sebesar 1,8 juta ton metanol per tahun. Proyek ini ditargetkan beroperasi komersial pada kuartal IV 2024.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Air Products Mundur dari Proyek DME RI, ESDM Ungkap Alasannya


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading