Bulog Diperintah Impor Beras 2 Juta Ton, Untuk Apa Sih?

Wiji Nur Hayat, CNBC Indonesia
Senin, 27/03/2023 12:13 WIB
Foto: Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (Dok. Humas Bulog)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog mendapatkan penugasan untuk mengimpor beras sebanyak 2 juta ton pada tahun ini. Penugasan diberikan Badan Pangan Nasional (Bapanas).

Merujuk salinan surat yang ditandatangani Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, dari jumlah tersebut sebanyak 500 ribu ton harus didatangkan secepatnya.

"Menindaklanjuti hasil rapat internal bersama Bapak Presiden tanggal 24 Maret 2023 dengan topik Ketersediaan Bahan Pokok dan Persiapan Arus Mudik Idul Fitri 1444 H, kami menugaskan Perum Bulog untuk melaksanakan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) dari luar negeri sebesar 2 juta ton sampai dengan akhir Desember 2023. Pengadaan 500 ribu ton pertama agar dilaksanakan secepatnya," tulis salinan surat tersebut seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin (27/3/2023).


Masih dari salinan surat tersebut disebutkan tambahan pasokan beras tersebut dapat digunakan untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP), bantuan beras kepada sekitar 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dan kebutuhan lainnya.

Lantas kenapa rencana impor beras di 2023 membludak? Sebanyak 2 juta ton bukan jumlah yang tak sedikit.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog saat ini menipis, tercatat sebanyak 282 ribu ton.

"Stok beras Bulog saat ini ada 282 ribu ton. Nah ini untuk kebutuhan yang sekarang," ungkap Buwas saat ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta, Jumat (17/3/2023).

Foto: Kepala BPN
Kepala BPN

Buwas menambahkan Bulog sedang aktif menyerap gabah petani, dibantu Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan TNI Angkatan Darat pada musim pertama panen tahun ini. Dia punya target Bulog mampu menyerap 70% dari total potensi produksi gabah 2,4 juta ton.

"Jadi Bulog dibantu dengan Pak Arief untuk penyerapan, termasuk penyerapan ini kita akan dibantu oleh Kasat (Kepala Satuan) di mana TNI angkatan darat itu punya program serap gabah," sebutnya.

Pontang-panting nyari beras petani untuk dibeli ternyata tidak mudah. Buktinya, Bulog baru bisa menyerap sebanyak 30 ribu ton. Sementara itu, pihak kelompok penggiling padi sudah berkomitmen untuk menjual gabah mereka ke Bulog sebanyak 60 ribu ton sampai dengan bulan Mei 2023 mendatang.

Dengan begitu, stok gabah yang berhasil diakuisisi Bulog bertambah 90 ribu ton. Buwas pun memprediksi bahwa ada kemungkinan dari serapan hingga Lebaran nanti, Bulog akan mendapatkan lagi sekitar 40 ribu ton, sehingga jika dijumlah beras akan terkumpul sebanyak kurang lebih 130 ribu ton untuk mengisi stok CBP.

"Katakanlah nanti sebelum Lebaran itu tambahannya ada 40 ribuan lagi, jadi kan kurang lebih 130-an ribu. Itu untuk kepentingan bansos dengan kesiapan lebaran, plus tadi yang 230 ribu sisanya punya Bulog," sebutnya.

Masalah selesai? ternyata belum. Kendala kemudian muncul karena harga beli gabah ini di atas Harga Pembelian Pemerintah Rp 5.000 per kg. Harga gabah sekarang cukup mahal, rata-rata Rp 5.500 per kg, bahkan ada yang sampai Rp 5.900 per kg. Hal ini diakui Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi.

"(Kalau harga gabah Rp 5.500, Bulog beli) Ya ini kan bantu negara merah putih, mau didiemin nanti lewat," timpal Arief.

Arief berharap persediaan beras yang dimiliki Bulog setidaknya 1,2 juta ton sebelum Lebaran. Dia mengingatkan Bulog memiliki peran bukan hanya menstabilkan beras tetapi pendistribusian program bantuan sosial (bansos).

"Pokoknya kebutuhan Bulog sebulan itu sekarang ini rata-rata 200 ribu ton kemudian ada bansos kan diberikan ke 21,3 juta @10 kg, berarti kan 210 ribu ton kalau dikali 3 bulan jadi 630 ribu ton," tuturnya.

Sebelumnya, Arief sudah mewanti-wanti produksi beras tahun ini akan terganggu. Penyebabnya karena cuaca ekstrem, termasuk El Nino atau cuaca panas yang menyerang Indonesia pada pertengahan tahun ini. Sehingga pemerintah akhirnya mengeluarkan opsi untuk mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton.

"Kalau La Nina kita diberi kesempatan untuk tanam lebih banyak karena hujan, tapi kalau El Nino berarti airnya akan berkurang, padi kalau gak ada air gak bisa," terangnya.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Stok Beras 4 Juta Ton, Mentan Klaim RI Capai Kedaulatan Pangan