Cadangan Tipis Dalang Pemicu RI Impor Beras, Misterius!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 December 2022 16:10
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Foto: Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi memantau bongkar muatan 5.000 ton beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah membuka izin impor beras hingga 500 ribu ton lewat Perum Bulog. Rencananya, realisasi impor akan bertahap, yaitu 200 ribu ton sampai akhir 2023, dan sisanya 300 ribu ton hingga sebelum panen raya atau Februari 2023.

"Hari ini Bulog mendapat tambahan cadangan beras pemerintah (CBP) 10.000 ton. Kapal impor perdana dari Vietnam yang baru tiba, 5.000 ton di Tanjung Priok dan 5.000 ton di Merak. Dan, secara terus menerus akan terus bertambah karena sudah banyak kapal impor dari Vietnam, Thailand, Pakistan dan Myanmar yang sudah antre sandar", kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat memantau pembongkaran beras impor di Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).

Salah satu alasan impor adalah karena CBP di gudang-gudang Perum Bulog sudah sangat tipis, padahal CBP ini penting untuk kepentingan operasi pasar stabilisasi harga, bantuan bencana, hingga bantuan beras untuk orang miskin.

Sayangnya Bulog gagal banyak menyerap beras dari petani lokal untuk memenuhi CBP. Masalah klasik soal harga yang tak bisa terpenuhi sering jadi alasan.

Pada Oktober 2022 lalu CBP di Perum Bulog yang tercatat terus menipis. Jika dibandingkan pada Oktober 2021 lalu stok CBP Bulog yang mencapai 1,25 juta ton, maka stok in hand pada 2022 ini paling kecil.

Perum Bulog hanya memiliki stok sebanyak 295.337 ton (59,76%) beras cadangan pemerintah (CBP) dan sebanyak 198.865 (40,24%) beras komersial. Jauh dari target pemerintah 1,2 juta ton di akhir tahun 2022.

Tingkat penyerapan Bulog tahun ini memang teramat rendah. Padahal, dari survei AB2TI, ada 4 bulan di mana harga jual petani lebih rendah dari harga pembelian pemerintah (HPP) yaitu pada Maret, April, dan Mei, di mana HPP berlaku adalah Rp8.300 per kg beras dan Rp4.200 per kg gabah kering panen (GKP).

Ini tentunya menjadi pertanyaan dari berbagai pihak. Salah satunya tentunya karena pemerintah, di mana Bulog sendiri kesulitan menyalurkan beras.

Kalau dahulu, ada rastra/raskin (beras sejahtera/ beras miskin) dan ada pula program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga tak lagi melalui Bulog. Ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab Bulog tak lagi menyerap seperti biasa.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bobol! Lapor Pak Jokowi, Beras di Sini 90% Selundupan Impor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular