Jangan Kaget, Ini Dia Penguasa Panel Surya Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan bahwa saat ini China masih menduduki posisi sebagai negara produsen panel surya atau solar panel terbesar di dunia.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan, jika Indonesia ingin mengekspor listrik ke Singapura, maka industri panel surya di dalam negeri harus dibangun terlebih dahulu.
Namun sayangnya, saat ini industri panel surya di dalam negeri belum ada. Bila ingin mengekspor listrik ke Singapura segera, maka Indonesia hanya bisa mengimpor peralatan tenaga surya dari China.
"Nanti kita juga ingin kembangkan supaya (industri panel surya dalam negeri) lebih besar lagi. Nah oleh karena itu, jika kita bangun solar farms untuk diekspor saat ini, kenyataannya mungkin bakal impor dari China equipment-nya. Karena China ini produsen solar panel paling besar di dunia," beber Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam program 'Energy Corner', dikutip Jumat (24/3/2023).
Selain itu, Rachmat juga mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri, pembangunan pabrik pembuatan panel surya dan PLTS itu sendiri membutuhkan waktu hingga tiga tahun.
"Mungkin butuh 2 sampai 3 tahun untuk bangun pabriknya, maupun untuk bikin solar farms-nya," imbuhnya.
Seperti diketahui, Singapura telah mengajukan permintaan listrik dari Indonesia, khususnya berbasis energi baru terbarukan, termasuk PLTS. Namun, Pemerintah Indonesia tidak bisa serta merta menyetujuinya karena industri panel surya belum terbangun.
Dia menyebut, pengembangan industri panel surya di dalam negeri akan menimbulkan efek berganda (multiplier effect).
"Nah sehingga waktu itu kita bilang, oke, kalau cuma bikin solar farms, tapi barangnya impor, itu kita nggak pengen seperti itu. Tapi kalau kita bikin solar farms untuk dalam negeri, juga ekspor, tapi equipment-nya dibangun di Indonesia itu akan menimbulkan multiplier effect jauh lebih besar," tandasnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2021, potensi energi surya di Indonesia tak main-main jumlahnya yakni mencapai 207,8 Giga Watt (GW). Maka, tak salah bila energi surya ini disebut sebagai salah satu 'harta karun' energi RI.
Namun sayangnya, besarnya potensi energi surya di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal untuk sumber energi di Tanah Air. Bahkan, pabrik pembuatan panel surya pun belum ada di negeri ini.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru terbarukan dari surya. Namun sayangnya, dia mengakui bahwa RI belum memiliki pabrik untuk membuat panel surya yang nantinya bisa menghasilkan listrik.
"Kita punya energi terbarukan (energi surya) tapi kita tidak punya pabriknya untuk mengolah. Jadi nanti kita dorong pabriknya (di Indonesia)," ungkap Dadan saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (16/3/2023).
Perlu diketahui, sepanjang 2022 lalu, kapasitas pembangkit EBT bertambah sebesar 1.004 MW. Dengan demikian, kapasitas terpasang pembangkit EBT secara nasional secara total telah mencapai 12.535 MW hingga 2022.
Nah, dari 12.535 MW pembangkit energi baru terbarukan tersebut, kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) "hanya" sebesar 250 Mega Watt peak (MWp). Artinya, kapasitas PLTS baru 2% dari total kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan.
Bila dibandingkan dengan potensinya yang mencapai 207,8 GW, artinya pemanfaatan energi surya untuk menjadi sumber energi listrik masih di bawah 1%, tepatnya 0,12%.
Meski demikian, pemerintah meyakini pemanfaatan PLTS ini ke depannya akan semakin berkembang.
[Gambas:Video CNBC]
Perdana! RI Bakal Punya Pabrik Panel Surya, Ini Lokasinya
(wia)