Imbas Sanksi Uni Eropa, RI Cari Investor Baru Area Natuna

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
24 March 2023 14:03
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tengah mengupayakan agar rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) Wilayah Kerja (WK) atau Blok Tuna di perairan Natuna dapat segera berjalan kembali, salah satunya dengan mencari investor baru.

Hal ini menyusul adanya sanksi Uni Eropa dan Pemerintah Inggris terhadap proyek-proyek yang melibatkan mitra perusahaan asal Rusia, termasuk di Blok Tuna.

Blok Tuna dioperasikan oleh perusahaan Inggris, Premier Oil, dan bermitra dengan perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft.

"Lagi dicari (mitra pengganti)," ungkap Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (24/3/2023).

Proyek pengembangan gas Tuna ini terimbas sanksi Uni Eropa karena salah satu perusahaan yang memiliki hak partisipasi di pengelolaan lapangan ini berasal dari Rusia, yakni Zarubezhneft.

Uni Eropa dan Inggris mengenakan sanksi terhadap proyek-proyek yang terkait dengan perusahaan Rusia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.

Sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D.Suryodipuro mengatakan, pihaknya saat ini terus melakukan diskusi dan berkoordinasi kepada pihak-pihak terkait. Utamanya, untuk mencari opsi-opsi yang dapat diambil dengan adanya pembatasan ini.

"Secara umum, masih tetap berupaya agar proyek bisa berjalan," kata Hudi kepada CNBC Indonesia, Rabu (15/3/2023).

Menurut Hudi, sesuai dengan persetujuan rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) Pertama Lapangan Tuna pada tanggal 23 Desember 2022 lalu, proyek ini direncanakan akan beroperasi pada kuartal empat 2026, dengan target produksi minyak sebesar 20 ribu barel per hari (bph) dan gas 135 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Adapun, perusahaan induk dari Premier Oil, yakni Harbour Energy mengungkapkan pemerintah Indonesia sejatinya telah memberikan persetujuan untuk POD Lapangan Tuna pada Desember 2022 lalu. Namun demikian, pengembangan yang dilakukan bersama mitra asal Rusia yakni Zarubezhneft terganjal sanksi dari Uni Eropa dan Pemerintah Inggris.

"Pemerintah menyetujui rencana pengembangan lapangan Tuna di Desember. Namun, kemajuan lebih lanjut dipengaruhi oleh sanksi UE dan Inggris yang membatasi kemampuan kami sebagai operator untuk menyediakan layanan tertentu kepada mitra Rusia kami di Lapangan Tuna," ujar perusahaan dalam laporan tahunannya dikutip Senin (13/3/2023).

Oleh sebab itu, saat ini perusahaan tengah melakukan koordinasi dengan mitra terkait. Terutama untuk mencapai solusi yang memungkinkan agar proyek ini dapat segera jalan.

Untuk diketahui, pada 2020 lalu, Premier Oil Tuna B.V. telah mendapatkan partner untuk mengelola Blok Tuna yakni dengan Zarubezhneft.

Zarubezhneft sendiri merupakan perusahaan migas milik pemerintah Rusia yang dilaporkan mengakuisisi 50% hak partisipasi Blok Tuna melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Setujui Perusahaan Inggris Ini Garap Harta Karun di Natuna

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular