Ternyata Ini Biang Kerok Harga Sembako Terbang Jelang Ramadan

News - Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
20 March 2023 10:05
Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Kesibukan aktivitas pembeli dan pedagang di Pasar Tradisional Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu, 2/4. Jelang memasuki Ramadhan pada esok hari harga sayuran mengalami kenaikan. (Cnbc Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga-harga sembako terpantau bergerak naik, terutama mendekati pekan Ramadan. Kondisi ini biasanya terulang setiap tahun.

Panel Harga Badan Pangan pagi ini, Senin (20/3/2023 pukul 9.13 WIB) menunjukkan, harga beras premium, bawang merah, bawang putih bonggol, cabai merah keriting, telur ayam ras, gula konsumsi, minyak goreng kemasan sederhana, minyak goreng curah, tepung terigu, hingga ikan-ikanan bergerak naik.

Terpantau, kenaikan berkisar 0,36 sampai 5,35%, tergantung jenis pangan. Kenaikan harga tertinggi adalah ikan bandeng, naik 5,35% jadi Rp34.830 per kg. Dan terendah tepung terigu curah naik 0,36% jadi Rp11.260 per kg.

Lalu apa penyebab kenaikan harga sembako setiap jelang Ramadan dan Lebaran? Benarkah karena produksi di dalam negeri menipis?

Vera Ismainy, Media Relations Manager Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan, lonjakan harga di setiap jelang Ramadan sampai Lebaran salah satunya disebabkan kenaikan permintaan.

Ramadan kali ini, imbuhnya, tak berbeda dengan tahun sebelumnya. Di mana permintaan meningkat untuk memasok kebutuhan sahut dan berbuka puasa.

"Di dalam bulan Ramadan, logika penghematan konsumsi tidak berlaku. Sekalipun masyarakat mengurangi konsumsi di siang hari, peningkatan konsumsi di waktu sahur dan berbuka mampu meningkatkan konsumsi lebih dari 30%," kata Vera kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (20/3/2023).

"Siklus ini selalu terjadi menjelang Ramadan dan Lebaran dan juga Natal dan Tahun Baru. Faktor budaya di mana hari raya menjadi momen untuk berkumpul dan merayakan kebersamaan dengan keluarga juga menjadi tambahan," jelasnya.

Selain itu, ujarnya, produktivitas pangan Indonesia secara umum juga belum optimal.

"Faktor eksternal, seperti perubahan iklim, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak pada bertambahnya biaya transportasi, juga sudah terjadi sebelum memasuki fase ini. Faktor-faktor eksternal ini turut berkontribusi pada konsisten tingginya harga pangan," jelasnya.

Jadi, kata Vera, kenaikan harga jelang Ramadan dan Lebaran, juga hari raya Natal dan Tahun Baru, berawal dari kebiasaan berkumpul yang kemudian meningkatkan konsumsi.

"Walaupun mungkin anggarannya berkurang karena harus memenuhi kebutuhan lain, tapi konsumsi untuk Ramadan tetap diprioritaskan dan dipenuhi. Konsumsi konten-konten media sosial juga turut mendorong hal ini," kata Vera.

Fase Kenaikan Harga

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menjabarkan, ada tiga fase kenaikan harga sembako jelang Ramadan-Lebaran.

Fase pertama, biasanya terjadi pada 3 hari sampai dengan 1 minggu menjelang Ramadan. Hal ini terjadi karena banyaknya permintaan dari masyarakat yang cukup tinggi.

"Kita memiliki masyarakat yang turun temurun berbudaya dalam menyambut awal Ramadan menyajikan makanan-makanan istimewa," kata Abdullah kepada CNBC Indonesia.

Dia pun memperingatkan agar pemerintah mengantisipasi pasokan, termasuk hingga kelancaran distribusi.

"Kenaikan permintaan akan lebih dari 50% mulai fase pertama. Maka kami meminta pemerintah lebih aktif dan lebih serius dalam menyelesaikan persoalan harga pangan yang terjadi saat ini," tukasnya.

Fase kedua, lanjutnya, terjadi 7 hari sampai 3 hari menjelang Idulfitri.

"Dalam waktu transisi fase pertama dan kedua, terjadi penurunan permintaan di waktu pertengahan Ramadan, lalu melonjak tinggi di penghujung menuju ke Hari Raya Idulfitri. Biasanya, pedagang dan masyarakat mempersiapkan beragam macam hidangan, permintaan pun akan melonjak tinggi," jelasnya.

"Fase kedua ini banyak terjadi kendala di distribusi karena beberapa komoditas harus terganggu dengan adanya arus mudik Lebaran," tambah Abdullah.

Fase Ketiga, terjadi 2-3 hari setelah Idulfitri. Karena banyak komoditas tidak dapat ditemui di pasar tradisional, banyak pedagang yang masih mudik dan tidak memiliki stok.

"Fase ini juga rawan, Kami berharap pemerintah mengantisipasi fase ini agar masyarakat bisa tersenyum dan lancar menjalankan Ramadan dan Idulfitri tahun 2023," kata Abdullah.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Alert! Jelang Ramadan, Harga Cabai Rawit Merah Bisa Meledak


(dce/dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading