Investigasi Kebakaran Depo BBM Plumpang Tuntas? Ini Kata ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan proses investigasi atas terjadinya kebakaran di Tangki Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo Plumpang, Koja, Jakarta Utara milik PT Pertamina (Persero) masih berlangsung.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Mirza Mahendra. Meski demikian, Mirza tak membeberkan waktu yang dibutuhkan untuk investigasi ini dapat selesai.
"Masih proses investigasnya," ujar Mirza kepada CNBC Indonesia, Senin (13/3/2023).
Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan proses investigasi sendiri akan dilimpahkan ke pihak penegak hukum seperti Kepolisian. Dengan begitu, ia tidak dapat memberikan informasi secara pasti perihal penyebab kebakaran di Depo Pertamina tersebut.
"Investigasi nanti dari Kepolisian ya," kata dia.
Seperti diketahui, Depo BBM Plumpang mengalami kebakaran pada Jumat (3/3/2023) malam. Akibat insiden ini, 19 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.
Kejadian yang menimbulkan korban jiwa ini tak terlepas dari padatnya pemukiman di dekat area Depo BBM Plumpang. Padahal, seharusnya ada daerah penyangga atau buffer zone dari depo ke pemukiman warga.
Lantas, mengapa daerah depo tiba-tiba menjadi area padat pemukiman? Bukankah awalnya itu tanah milik Pertamina dan merupakan area buffer zone depo?
Melansir laman resmi Kementerian ESDM, Depo Plumpang yang terletak di Koja, Jakarta Utara, nyatanya sudah beroperasi sejak 1974. Artinya, nyaris 50 tahun terminal BBM ini beroperasi.
Perlu diketahui, sebenarnya Depo Plumpang sudah dibuatkan buffer zone atau zona penyangga di sekitar Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) itu. Sampai dengan tahun 1987, buffer zone Depo Plumpang dinilai masih sangat aman.
Kementerian ESDM menyebut, masih ada lahan kosong yang luas di sekitar Depo Plumpang. Namun, seiring berjalannya waktu dan hingga saat ini, area sekitar Depo Plumpang menjadi padat penduduk.
Hal itu juga didukung pernyataan Peneliti Utama Puslitbangtek Migas 1985-2015, Oberlin Sidjabat. Oberlin menyampaikan pengalamannya saat mengunjungi Depo Plumpang saat awal dia di Puslitbangtek Migas, dia mengatakan daerah sekitar Depo Plumpang masih kosong dan tidak ditempati oleh pemukiman warga.
Namun memang, dia menyayangkan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan menipisnya lahan tempat tinggal di Jakarta.
"Waktu itu saya lihat daerah Plumpang itu masih luas tanahnya, penduduknya nggak ada di sekitar itu (Depo Plumpang). Tapi karena penduduk Indonesia semakin bertambah, mencari pendapatan ke Jakarta, otomatis saya pikir di mana-mana, kalau ada lahan yang kosong ya ada beberapa penduduk yang tinggal di sana," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program 'Profit', Senin (6/3/2023).
Dengan begitu, dia mengungkapkan bahwa sebaiknya Depo atau TBBM Plumpang terletak di pesisir pantai yang mana dekat dengan pelabuhan dan dekat dengan transportasi pengangkut BBM yang kebanyakan menggunakan kapal.
"Memang lebih baik itu kalau dari segi efisiensi teknis juga, memang lebih baik depo itu di dekat pelabuhan di pantai. Karena pada umumnya pengiriman bahan bakar itu kan kebanyakan melalui kapal. Itu juga jadi pertimbangan sebetulnya," tuturnya.
(pgr/pgr)