
Tanda PD3 Memang Sudah Dekat, Bukan Cuma Perang Rusia-Ukraina

Rebut China-Taiwan
Kemungkinan perang pecah di Asia kembali digaungkan. Kali ini terkait konflik China dan Taiwan.
Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng memperingatkan pulau itu untuk waspada ke militer China yang masuk tiba-tiba ke beberapa daerah dekat wilayahnya. Warning muncul di tengah meningkatnya ketegangan militer di Selat Taiwan tahun ini.
Pernyataan Chiu muncul saat menjawab pertanyaan dari anggota parlemen di parlemen. Ia mengatakan ada kemungkinan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mencari alasan untuk memasuki wilayah yang dekat dengan wilayah udara dan laut teritorial Taiwan.
Ini dapat terjadi saat pulau itu meningkatkan pertukaran militernya dengan AS, yang memicu kemarahan Beijing. Dia mengatakan PLA mungkin "masuk tiba-tiba" ke zona bersebelahan Taiwan dan mendekati ruang teritorialnya, yang didefinisikan pulau itu sebagai 22,2 km dari pantainya.
"(Saya) secara khusus membuat komentar ini tahun ini, artinya mereka membuat persiapan seperti itu," kata Chiu mengutip Reuters, Selasa.
"Ke depan, mereka akan menggunakan kekerasan jika mereka benar-benar harus melakukannya."
Sebagai informasi, China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk serangan angkatan udara hampir setiap hari ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu.
Sejauh ini Taiwan belum melaporkan adanya insiden pasukan China memasuki zona tambahannya, yang berjarak 44,4 km dari garis pantainya. Namun Taipei dilaporkan telah menembak jatuh pesawat tak berawak sipil yang memasuki wilayah udaranya di dekat sebuah pulau di lepas pantai China tahun lalu.
Taiwan telah berjanji untuk menggunakan haknya untuk membela diri dan melakukan serangan balik jika angkatan bersenjata China memasuki wilayahnya. China tahun lalu menggelar latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar Taiwan sebagai reaksi atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
AS sendiri adalah pemasok senjata internasional paling penting bagi Taiwan. Meningkatnya dukungan AS untuk pulau demokrasi itu telah menambah ketegangan dalam hubungan AS-China yang sudah memanas.
Korut
Korut sediri sudah sejak pekan lalu makin panas pada musuh-musuhnya, termasuk AS yang melakukan latihan militer dengan Korea Selatan (Korsel) di perbatasan. Negeri Kim Jon Un menyebut tindakan itu sama saja "eskalasi perang".
Adik Pemimpin Korut Kim Jong Un, Kim Yo Jong, buka suara soal latihan itu. Perempuan yang dijuluki "wanita iblis" itu menegaskan negaranya siap mengambil tindakan luar biasa terkait latihan tersebut.
Adapun, Kim terkenal keras dalam sikap militer Korut. Ia dijuluki demikian karena memerintahkan sejumlah eksekusi pejabat pemerintahan itu.
Sebagaimana dilaporkan KCNA, Selasa, Kim mengatakan Korut akan menganggap setiap upaya AS mencegat rudal yang akan ditembakkannya sebagai "deklarasi perang yang jelas" terhadap negaranya.
"Kami selalu siaga untuk mengambil tindakan yang tepat, cepat dan luar biasa kapan saja sesuai dengan penilaian kami," kata Kim dalam pernyataan berbahasa Inggris yang disiarkan oleh media milik pemerintah dikutip Yonhap.
Perempuan tersebut menambahkan bahwa Korut akan terus mengawasi gerakan militer oleh AS dan negara tetangganya tersebut.
Kim juga mempermasalahkan laporan berita tentang komandan Komando Indo-Pasifik AS, yang mengatakan bahwa Laksamana John Aquilino memperingatkan jika Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke arah Pasifik, AS akan segera mencegatnya.
"Itu akan dianggap sebagai deklarasi perang yang jelas terhadap DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea), jika tanggapan militer seperti intersepsi terjadi terhadap uji coba senjata strategis kami yang dilakukan tanpa merugikan keamanan negara tetangga di perairan terbuka dan udara yang bukan milik yurisdiksi AS," katanya.
Kim belum lama ini juga mengancam bahwa Korut dapat menggunakan Pasifik sebagai "jarak tembak" sebagai tanggapan atas latihan militer bersama oleh AS dan Korsel. Beberapa pengamat mengatakan Korut mungkin menembakkan ICBM pada lintasan standar menuju Samudera Pasifik.
Dalam pernyataan terpisah, kementerian luar negeri Korut memperbaharui seruannya kepada AS untuk menghentikan latihan militer gabungannya dengan Korsel. Mereka memperingatkan bahwa "konflik fisik yang kejam" dapat terjadi di Semenanjung Korea.
"Masyarakat internasional harus ... mengirimkan sinyal yang jelas kepada AS dan Korea Selatan untuk segera menghentikan latihan perang," kata kepala bagian berita luar negeri kementerian yang tidak disebutkan namanya itu.
AS dan Korsel sebelumnya melakukan latihan udara gabungan pada Senin. Latihan ini melibatkan setidaknya satu pembom strategis B-52H berkemampuan nuklir, setelah latihan serupa pada Jumat yang memobilisasi pengebom B-1B A.S.
Sekutu juga berencana untuk menggelar latihan Freedom Shield (FS), pelatihan pos komando yang disimulasikan komputer, dari 13-23 Maret. Ini sebagai upaya untuk meningkatkan pencegahan terhadap ancaman nuklir dan rudal Korut.
Israel vs Iran
Hubungan antara Israel dan Iran juga di titik kritis. Hal ini terjadi setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menganggap serangan ke fasilitas nuklir Iran sebagai sesuatu yang sah.
Dalam pertemuan kabinet, Netanyahu mengatakan opsi menyerang fasilitas nuklir Iran harus tetap berada dalam pemikiran Tel Aviv. Ia menyebut perkembangan Negeri Persia dalam teknologi uranium sebagai ancaman terhadap Israel.
"Apakah kami dilarang membela diri? Tentu saja, kami diizinkan, dan tentu saja, kami melakukan ini... Tidak ada yang akan mencegah kami melindungi negara kami dan mencegah penindas menghancurkan negara Yahudi," tegasnya, dikutip Russia Today, Senin.
Pernyataan Netanyahu muncul sehari setelah Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi ditanya oleh seorang reporter tentang ancaman AS dan Israel untuk menyerang Iran. Tentunya jika Teheran tidak setuju untuk mengekang program nuklirnya.
"Setiap serangan militer terhadap fasilitas nuklir dilarang, di luar struktur normatif yang kita semua patuhi," kata Grossi pada jumpa pers di Teheran setelah bertemu dengan para pemimpin Iran.
"Prinsip itu berlaku untuk semua fasilitas nuklir, termasuk fasilitas atom terbesar di Eropa di Zaporizhzhia."
Netanyahu mengatakan larangan seperti itu tidak berlaku untuk Israel. Ia bahkan menyebut pernyataan Grossi adalah sesuatu yang tidak layak bagi negaranya.
"Dilarang oleh hukum apa? Apakah Iran, yang secara terbuka menyerukan pemusnahan kami, diizinkan untuk melindungi senjata pemusnahnya yang akan membantai kami?" tegasnya.
Perjalanan Grossi ke Teheran sendiri terjadi setelah pejabat Iran setuju untuk memulihkan akses pengawas PBB ke beberapa alat pengawasan fasilitas nuklir negara itu. IAEA juga diberikan peningkatan inspeksi di situs nuklir Fordo, serta kegiatan verifikasi dan pemantauan tambahan.
"Ini bukan kata-kata," kata Grossi kepada wartawan sekembalinya ke Wina pada hari Sabtu.
"Ini sangat konkret."
Teheran membantah memiliki ambisi untuk memperoleh senjata nuklir. Negeri Para Mullah itu menandatangani kesepakatan dengan AS dan kekuatan dunia lainnya pada tahun 2015, yang menjadi persetujuan untuk memberlakukan pembatasan pada industri nuklirnya, termasuk pengayaan uranium.
Perjanjian ini timbul setelah beberapa negara menyatakan perkembangan nuklir Iran sebagai ancaman. Namun, Washington mengingkari perjanjian pada tahun 2018, ketika Presiden AS saat itu, Donald Trump, menegaskan akan menerapkan "tekanan maksimum" melalui sanksi terhadap Iran untuk menahan program nuklirnya.
(sef/sef)[Gambas:Video CNBC]
