Pantas Jokowi Marah! Bauksit Jual Mentah, Aluminiumnya Impor

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 28/02/2023 19:02 WIB
Foto: Infografis/ Pantas Disetop Jokowi! Puluhan Tahun RI Cuma Bikin Maju China/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sangat serius melarang ekspor mineral mentah terkhusus bijih bauksit pada Juni 2023 mendatang. Hal ini seiring dengan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Tujuan dari pelarangan ekspor itu sendiri adalah agar Indonesia bisa memaksimalkan produksi bijih bauksit dalam negeri untuk diserap di Indonesia. Bijih bauksit diolah menjadi alumina yang kemudian sampai di produk akhir yaitu aluminium.

Nah ternyata sejauh ini, sebagai pemilik bijih bauksit yang bisa dijadikan aluminium, ternyata aluminium yang ada di Indonesia merupakan produk impor. 


Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Sub Koordinator Penyiapan Program Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Dedi Supriyanto. Dedi mengatakan bahwa Indonesia masih mengimpor produk bauksit berbentuk aluminium sebanyak 750 ribu ton dari total yang dibutuhkan di dalam negeri sebanyak 1 juta ton aluminium.

Dia mengatakan, Indonesia baru mampu memproduksi aluminium sebanyak 250 ribu ton, sehingga sisa kebutuhan akan aluminium itu didapatkan melalui impor. "Konsumsi aluminium ingot di Indonesia ini sekitar 1 juta ton aluminium, kita memproduksi baru 250 (ribu ton) jadi kita impor 750 ribu (ton)," beber Dedi dalam acara Workshop Mining For Journalist, Bogor, dikutip Selasa (28/2/2023).

Adapun, Dedi mengatakan bahwa Indonesia memproduksi bijih bauksit sebanyak 27,7 juta ton sepanjang tahun 2022. Sedangkan yang baru terserap untuk pengolahan dalam negeri sebanyak 7,8 juta ton, yang mana sisanya sebanyak 20 juta ton diekspor.

Dari serapan sebanyak 7,8 juta ton di dalam negeri tersebut, Dedi mengungkapkan bahwa setengah dari serapan tersebut diolah menjadi alumina. Namun, dia menyebutkan bahwa di Indonesia baru ada satu pabrik pengolahan dari bauksit menjadi alumina dengan total kapasitas input sebesar 500 ribu ton. Sehingga, Dedi menegaskan setidaknya harus ada 8 pabrik alumina untuk bisa menyerap sebanyak 3,9 juta ton bauksit.

"PT Inalum yang sekarang baru satu-satunya di Indonesia memproduksi 250 ribu ton aluminium ingot yang inputnya 500 ribu ton alumina. Jadi yang 7,8 juta ton yang diserap domestik akan menjadi alumina sekitar separuhnya, 7,8 juta ton separuhnya kira-kira 3,9 juta ton menjadi alumina. Nah dari 3,9 (juta ton) yang diserap cuma 500 ribu ton tapi yang alumina ini masih boleh ekspor".

"Nah pemerintah sedang memikirkan sampai dengan jadi aluminium itu artinya harus melipatgandakan industri seperti Inalum. Kalau mau terserap semua 3,9 (juta ton) ini berarti ada 8 kali Inalum," jelasnya.

Di lain sisi, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif mengakui masih banyak refinery atau fasilitas pemurnian bijih bauksit menjadi alumina yang belum terbangun di Indonesia.

Dia mengatakan bahwa masih ada 8 refinery bauksit yang ditargetkan rampung pada Juni 2023 ternyata saat ini masih berbentuk tanah, alias belum terbangun apa-apa.

"Delapan (refinery) sedang proses, proses apa yang terjadi, ada yang melaporkan 50%, 30%, 18%. Diperintahkan Menteri (ESDM) tinjau ke lapangan, kedelapannya masih tanah. Ada satu yang ada kemajuan melaporkan yang kecil itu ada," ujar Irwandy.

Irwandy juga menegaskan bahwa bagi pengusaha bauksit yang tidak menepati janji dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanat UU No. 3/2020 tidak akan mendapatkan izin mengekspor bijih bauksit lagi pada Juni 2023 mendatang.

"(Pengusaha) yang tidak bersungguh-sungguh pasti tidak mungkin bisa ekspor lagi karena punya janji smelter selesai Juni, kemungkinan nggak akan dapat izin lagi. Tapi yang bersungguh-sungguh sesuai dengan ini tentu akan diproses, Juni selesai sudah," tegasnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Aluminium Naik, Inalum Waspadai Dampak Ekonomi Global