
90% Hasil Bumi RI Dinikmati Asing, Tapi Duitnya Gak Seberapa!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan produksi bijih bauksit di dalam negeri saat ini sebesar 25 juta ton per tahun. Namun dari jumlah tersebut, setidaknya sebesar 90% masih diekspor ke luar negeri.
Menurut Arifin kondisi tersebut tentunya cukup merugikan bagi negara. Mengingat, hasil dari kegiatan ekspor mineral mentah hanya memberikan nilai tambah yang cukup kecil.
"Nah ini kan nilai tambahnya sedikit kecil nah kita sebagai amanah UU semua harus hilirisasi. Targetnya Juni 2023," ungkapnya, saat wawancara eksklusif bersama CNBC Indonesia, dikutip Selasa (3/1/2023).
Arifin berharap pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di dalam negeri bisa segera rampung pada tahun ini. Pasalnya, dari target 12 smelter yang dicanangkan, baru 4 yang terbangun.
"Kita harapkan sisa dari 8 (smelter) itu segera menyelesaikan ya penyelesaian pembangunan pengolahan dan pemurniannya. Sehingga jumlah bijih bauksit hingga diproduksi bisa terserap semua diproses di dalam negeri," kata Arifin.
Lebih lanjut, ia menilai apabila 8 smelter dapat rampung pada Juni 2023 mendatang, maka bijih bauksit yang diproduksi di dalam negeri dapat terserap semuanya. Bahkan dari produksi 25 juta ton dapat meningkat lagi menjadi 40 juta ton.
Seperti yang diketahui, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang kegiatan ekspor bijih bauksit ke luar negeri mulai Juni 2023. Presiden Jokowi menginginkan perusahaan pertambangan bauksit mengembangkan hilirisasi di dalam negeri.
Dengan berkembangnya hilirisasi di dalam negeri, kegiatan ekspor bisa dilakukan dengan hasil produk jadi, sehingga bisa memberikan nilai tambah yang maksimal kepada negara.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Soal Bauksit Milik RI, Ujung-ujungnya China Lagi China Lagi
