
Bukan China, RI Pemain Penting Stabilkan Harga Timah Dunia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski China kini tercatat sebagai produsen terbesar timah no.1 di dunia, namun ternyata yang bisa memainkan peran penting dalam menstabilkan harga timah dunia yaitu Indonesia.
Indonesia kini memang merupakan produsen timah terbesar kedua di dunia, setelah China. Pada 2022, China memproduksi 179.300 ton timah murni, sementara Indonesia 74.100 ton. Adapun total pasokan timah dunia pada 2022 tercatat mencapai 379.681 ton.
Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Achmad Ardianto menjelaskan, lebih berperannya Indonesia dalam menstabilkan harga timah dunia karena China memproduksi timah hanya untuk digunakan di dalam negerinya sendiri. Bahkan, itu saja tidak cukup, mereka masih harus melakukan impor timah dari negara lainnya juga, termasuk dari Indonesia.
Oleh karena itu, China bukan lah pengekspor timah. Sementara Indonesia sebagian besar timah murni diekspor ke luar negeri. Adapun konsumsi logam timah Indonesia pada 2022 diperkirakan hanya sekitar 2.440 ton.
Bila China dikeluarkan dari daftar pemasok timah dunia karena mereka hanya gunakan timah untuk kepentingan dalam negeri, maka menurutnya Indonesia bisa dikatakan menguasai 40% pasar timah dunia.
"Yang menarik adalah kalau kita hilangkan China sebagai produsen dan konsumen timah terbesar dunia karena sesungguhnya ekosistem timah di China itu mereka produksi timah lalu mereka olah sendiri di dalam negeri, jadi practically mereka tidak ekspor. Mereka malah masih impor," tuturnya dalam acara "Energy & Mining Outlook 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (23/02/2023).
"Kalau kita curving out China dari penggunaan timah dunia, maka kontribusi Indonesia terhadap kebutuhan timah dunia itu kurang lebih 40%, jadi sangat besar, sangat signifikan, sangat memungkinkan bagi Indonesia untuk memainkan peranan lebih jauh dalam menstabilkan harga timah dunia," lanjutnya.
Dia pun menilai timah merupakan bahan baku industri masa depan seiring dengan perkembangan teknologi yang memerlukan timah. Berdasarkan analisa beberapa analis, lanjutnya, kebutuhan timah dunia dalam 10 tahun ke depan bisa naik 50% CAGR. Dengan demikian, permintaan timah dunia diperkirakan akan naik menjadi sekitar 500 ribu ton per tahun dari saat ini sekitar 400 ribu ton per tahun.
"Kita bisa lihat timah adalah metal of the future, ke depan semua teknologi akan pakai timah dan demand akan naik," ungkapnya.
"Tentu saja ini akan memberikan peluang bagi kita di industri pertimahan karena kita Indonesia adalah produsen timah terbesar kedua di dunia setelah China," ucapnya.
Dengan demikian, menurutnya hilirisasi timah di dalam negeri juga selaras dengan tujuan dan peran Indonesia untuk bisa menstabilkan harga timah dunia.
Peran pemerintah dalam menarik investor untuk berinvestasi di hilir timah di Tanah Air bisa memberikan peluang bagi Indonesia untuk memaksimalkan nilai tambah dari logam timah.
"Kalau pemerintah bisa meng-attract, bisa menginvestasikan dananya untuk membangun industri hilir pertimahan Indonesia, tentu itu akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk memaksimalkan added value logam timah yang sudah kita hasilkan, membuka lapangan pekerjaan, dan memastikan keberadaan Indonesia di dalam industri pertimahan dunia. Banyak multiplier effect yang bisa kita dapat, dari transfer technology, dan lainnya untuk menempatkan kita di posisi yang sangat kuat," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Timah Bakal Jadi Future Metal & Kunci Perkembangan Teknologi
