Negara Bangkrut Ini Dapat 'Durian Runtuh' Rp 6,7 T dari Adani
Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Lanka yang masih dilanda krisis keuangan mengumumkan investasi asing besar pertamanya sejak menyatakan bangkrut, menyetujui proyek tenaga angin senilai US$ 442 juta atau sekitar Rp 6,7 triliun (kurs Rp 15.200) dari Adani Group dari India yang tengah dilanda skandal.
Dewan Investasi Sri Lanka mengatakan Adani Green Energy, bagian dari kerajaan bisnis taipan kontroversial India Gautam Adani, akan mendirikan dua ladang angin di utara pulau itu.
Dewan tersebut mengungkapkan total investasi akan mencapai US$ 442 juta dan kedua pembangkit tersebut akan memasok listrik ke jaringan nasional pada 2025.
Proyek ini muncul setelah Sri Lanka memberi Adani proyek terminal pelabuhan strategis senilai US$ 700 juta di Kolombo pada 2021.
Konsesi itu secara luas dilihat sebagai upaya untuk mengatasi kekhawatiran New Delhi yang berkembang atas pengaruh China yang meluas di wilayah tersebut. Adapun, Adani telah dinominasikan sebagai kontraktor oleh pemerintah India.
Perusahaan sedang membangun dermaga sepanjang 1,4 kilometer dengan kedalaman 20 meter tepat di sebelah terminal yang dioperasikan China di pelabuhan Kolombo, satu-satunya pelabuhan peti kemas laut dalam antara Dubai dan Singapura.
Menteri Energi Kanchana Wijesekera mengatakan dia bertemu dengan pejabat Adani di Kolombo pada hari Rabu untuk menyelesaikan proyek ladang angin.
"Kami berharap pembangkit listrik akan beroperasi pada Desember 2024," katanya, dilansir AFP, Kamis (23/2/2023).
Sebelumnya, sebuah perusahaan China dianugerahi proyek senilai US$ 12 juta yang didanai Bank Pembangunan Asia untuk membangun tiga ladang angin di pulau-pulau di Selat Palk antara India dan Sri Lanka pada 2019, tetapi dibatalkan setelah keberatan dari New Delhi.
China adalah pemberi pinjaman resmi terbesar di Sri Lanka, menyumbang 52% dari kredit bilateral. Kolombo sedang menunggu jaminan keuangan dari Beijing untuk membuka dana talangan US$ 2,9 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF).
(luc/luc)