
Waduh! Muncul Tanda Kiamat dari 'Ujung Dunia', Seperti Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah es di laut Antartika telah mencapai rekor terendah untuk kedua kalinya dalam dua tahun terakhir. Beberapa ilmuwan khawatir penurunan volume es secara dramatis menjadi sinyal dari krisis iklim yang akan memengaruhi wilayah luas yang kompleks dan terisolasi tersebut.
Laporan National Snow and Ice Data Center (NSIDC) menyebut es laut yang mencuat di Antartika turun menjadi hanya 737.000 mil persegi (1,91 juta kilometer persegi) pada 13 Februari 2023.
Penurunan volume es di bawah rekor sebelumnya 741.000 mil persegi (1,92 juta kilometer persegi) ditetapkan pada 25 Februari 2022 lalu. Meski begitu, volume es laut masih bisa menyusut lebih jauh.
Dua tahun terakhir menandai satu-satunya waktu permukaan es laut turun di bawah 2 juta kilometer persegi. "Ini bukan hanya 'hampir titik terendah', ini tren penurunan yang sangat curam," kata Ted Scambos, ahli glasiologi di University of Colorado Boulder, dikutip dari CNN International, Rabu (22/2/2023).
Adapun, rekor tertinggi untuk tingkat es laut terjadi pada tahun 2014, saat mencapai 7,76 juta mil persegi. Fenomena ini tampak mendukung gagasan bahwa Antartika mungkin relatif terisolasi dari pemanasan global.
Namun pada 2016, sesuatu berubah. Para ilmuwan mulai mengamati tren yang curam dan mengkhawatirkan.
"Pertanyaannya adalah, apakah perubahan iklim mencapai Antartika? Apakah ini awal dari akhir? Akankah es laut menghilang untuk selamanya di tahun-tahun mendatang di musim panas?" kata Christian Haas, kepala bagian penelitian fisika es laut di Alfred Wegener Institute di Jerman.
Beberapa faktor dapat menyebabkan mengapa es laut sangat rendah, termasuk angin, arus laut, dan panas laut. Suhu udara pun lebih tinggi dari biasanya di bagian Antartika, sekitar 1,5 derajat celcius di atas rata-rata jangka panjang.
Pertimbangan penting lainnya adalah sabuk angin barat yang melingkari Antartika, yang dikenal sebagai mode annular selatan. Angin ini, dapat meningkatkan es laut dengan lebih kuat dari biasanya, ditambahkan kondisi cuaca yang memompa udara hangat ke wilayah tersebut.
Selain angin, ada juga faktor peningkatan polusi yang memanaskan planet serta lubang di lapisan ozon di atas benua. Ada juga prediksi bahwa es laut mungkin meleleh karena kehangatan yang terperangkap tepat di bawah permukaan laut.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seram! Ini Penampakan Makhluk Misterius Raksasa di Antartika