
Bos Properti Blak-blakan Ungkap Jurus PNS Bisa Beli Rumah

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan, sektor real estat belum pulih maksimal dari efek domino pandemi Covid-19. Meski, kata dia, saat ini sedang dalam proses yang sesuai pada jalurnya alias on the right track.
Untuk itu, dia pun meminta pemerintah memberikan subsidi tambahan untuk mendorong pemulihan yang lebih cepat dan maksimal. Dengan begitu, ujarnya, pertumbuhan yang terjadi saat ini bisa terus berlanjut dan semakin maksimal. Salah satunya, memacu dan menggairahkan pembelian rumah tapak.
"Kondisi sekarang dalam pemulihan, on the right track. Ibarat orang berobat, dikasih vitamin tapi nggak total, pemulihannya nggak tuntas," kata Totok kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/2/2023).
Vitamin yang dimaksud Totok adalah insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Insentif ini diberikan pemerintah tahun 2022 lalu, sampai 30 September. Dengan insentif ini, PPN rumah paling mahal Rp2 miliar didiskon 50% dan rumah harga Rp2-5 miliar didiskon 25%.
"Karena itu, saya mengajukan kepada pemerintah agar keberlanjutan, sampai sekarang belum ada kabar. Diputusin iya atau nggak belum tahu," kata Totok.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat Konferensi Pers APBN KITA Februari 2023 mengatakan, sektor jasa konstruksi dan real estat saat ini menggambarkan suatu pemulihan dari sektor yang mengalami pukulan cukup dalam.
Pada Januari 2023, sektor ini tumbuh 50,4%, melonjak dibandingkan pertumbuhan Januari 2022 yang tercatat hanya 18,9%.
"Ini suatu hal positif karena sektor konstruksi dan real estat merupakan sektor dengan penciptaan kesempatan lapangan kerja dan multiefek paling besar," kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers APBN KITA Februari 2023, dikutip dari tayangan akun Youtube Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (22/2/2023).
"Jadi jika sektor ini tumbuh tinggi akan memberikan dampak pertumbuhan perekonomian yang lebih merata," tambahnya.
Menanggapi hal itu, Totok mengatakan, jika dibandingkan dengan kondisi selama setahun yang masih dalam efek pandemi Covid-19, memang benar demikian adanya.
"Benar aja kalau dibandingkan year on year. Kalau saya melihat kondisi 3 bulan terakhir. Departemen Keuangan selalu bilang Covid sudah selesai. Covidnya selesai, tapi pemulihan ekonomi belum. Seperti orang sakit, flu hilang, tapi gejalanya belum, masih pemulihan," katanya.
"Bukan kita dikit-dikit minta terus ke pemerintah. Tapi, kalau vitaminnya dikasih nanggung, seperti PPN DTP dikasih lalu dihentikan, yang hasilnya nanggung. Efeknya memang terasa tapi belum maksimal," tambah Totok.
Dan, jika melihat catatan dari paparan Menkeu Sri Mulyani, disebutkan sektor jasa konstruksi dan real estat meningkat karena peningkatan aktivitas konstruksi, meskipun real estat melambat.
Untuk itu, kata Totok, pihaknya mengajukan kepada pemerintah agar memberikan vitamin tambahan.
"Bagi yang berpenghasilan nanggung, nggak masuk kelas menengah, dan nggak masuk MBR ( masyarakat berpenghasilan rendah). Supaya ada perumahan Tapera Plus. Harga rumah Rp300 juta KPR, nggak bayar PPN, PPh 1%, tapi bunganya floating, bunga market. Beda dengan MBR yang bunganya juga disubsidi pemerintah 5%," katanya.
"Ini banyak ASN-PNS yang masuk golongan ini. Pendapatan di atas Rp7 juta take home pay, tapi nggak masuk kelas menengah. Mau beli MBR nggak sesuai syarat. Apakah mereka biarin aja nggak punya rumah?," tukasnya.
Dengan insentif ini, imbuh dia, laju pertumbuhan sektor properti alias real estat akan semakin maksimal.
"Ini akan menggairahkan pasar properti. Rupiahnya nggak seberapa tapi bantuannya itu," katanya.
"Dan, 174 rantai industri akan merasakan efek dominonya. Tak hanya itu, ada 350-an UMKM yang akan merasakan manfaatnya. Kan punya rumah baru tentu beli ekset baru, seprei baru, gorden baru, sapu baru. Ini kan UMKM semua. Ini efek dari vitamin tambahan itu," pungkas Totok.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: REI Optimis Industri Properti Tumbuh Positif di Tahun Politik