Ekonomi 2024 Diramal 5,7%, Target 7% Apa Kabar Pak Jokowi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mendesain Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) pada 2024. Salah satunya target pertumbuhan ekonomi yang hanya dipatok 5,3%-5,7% secara tahunan atau year on year (yoy).
Besaran target itu berbeda jauh dengan kebutuhan pertumbuhan ekonomi supaya bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap sebesar 6-7% hingga 2030. Angka ini menurut perhitungan Bappenas.
"Di 2024 proyeksi pertumbuhan di 5,3-5,7%," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat kabinet terbatas, kemarin, seperti dikutip Selasa (21/2/2023)
Dengan target itu, pemerintah memastikan akan menjaga ketahanan ekonomi dari tekanan global. Sederet regulasi sudah siap untuk memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain Undang-undang Cipta Kerja, UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), hingga UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK).
Selain pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,3% hingga 5,7%, kerangka ekonomi 2022 juga ditetapkan untuk nilai tukar rupiah per US$ sebesar Rp 14.800 - Rp 15.400, serta suku bunga SPN 6,5% hingga 7,4%.
Kemudian inflasi 1,5% hingga 3,5%, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) US$ 75 hingga US$ 85 per barrel, lifting minyak sebesar 591.000 hingga 691.000 per barel, dan lifting gas sebesar 1.007.000 hingga 1.058.000 setara minyak per hari.
Adapun untuk target pembangunan dalam KEM PPKF pada 2024 ditetapkan untuk rasio kemiskinan 6,5% hingga 7,5%, gini rasio sebesar 0,36 hingga 0,37, serta tingkat pengangguran terbuka di kisaran 3,6% sampai 4,3%.
"Tahun 2024 ini adalah tahun krusial terkait bonus demografi dan dalam program untuk lepas dari middle income trap. Tema RKP (Rencana Kerja Pemerintah) dan KEM PPKF adalah mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Airlangga.
Kendati begitu, Airlangga juga sebelumnya telah menekankan, program Making Indonesia 4.0 yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 2018 lalu masih terus dilaksanakan. Melalui program ini, pemerintah yakini Indonesia bisa keluar dari atau middle income trap dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
Melalui program itu, Airlangga menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mendapatkan peningkatan pertumbuhan sebesar 1-2% dari rata-rata perkiraan pertumbuhan ekonomi riil sepanjang periode 2018-2030 sekitar 5%.
"Dengan adanya Making Indonesia 4.0 pertumbuhan PDB dapat meningkat 1-2% per tahun dari baseline antara 2018 dan 2030," ujar Airlangga saat Pidato Ilmiah di UGM secara daring, Jumat (17/2/2023).
Selain pertumbuhan ekonomi yang mendapatkan tambahan dukungan, ia mengatakan, program itu turut akan menciptakan lebih dari 10 juta tambahan lapangan kerja dari yang saat ini sekitar 30 juta dan kontribusi sektor manufaktur didorong dari 18-19% menjadi 25% pada 2030.
Menurutnya, manfaat itu akan Indonesia segera peroleh karena Making Indonesia 4.0 merupakan peta jalan yang telah ditetapkan untuk menyiapkan industri nasional menghadapi perkembangan digitalisasi industri. Salah satunya dengan fokus mengembangkan industri manufaktur.
Ada tujuh sektor di industri sektor manufaktur yang digenjot untuk mengimplementasikan program itu, yakni industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, kimia, elektronik, alat kesehatan, dan farmasi. Tujuh industri itu menyumbang 70% PDB industri, 65% ekspor industri, dan 60% tenaga kerja industri Indonesia.
"Ini menjadi syarat wajib untuk melepas Indonesia dari middle income trap. Sari pendapatan yang ditargetkan di atas 2030 itu mencapai 12 ribu dolar per kapita," ungkap Airlangga.
(mij/mij)