Internasional

Rusia Akui Mustahil Menang Perang jika Tak Rebut Kota Ini

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Senin, 20/02/2023 09:50 WIB
Foto: Pemandangan barikade jalan anti-tank di kota Bakhmut, Ukraina, titik nyala perang Rusia yang sekarang memasuki bulan kesembilan pada 25 November 2022. (Getty Images/Anadolu Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang utusan Rusia untuk PBB mengatakan mustahil negaranya dapat memenangkan perang di Ukraina kecuali Bakhmut, sebuah kota industri di Donbas, direbut oleh Presiden Vladimir Putin.

Bakhmut, di wilayah Donetsk timur, menjadi titik fokus perang selama setengah tahun. Militer Rusia yang dipimpin kelompok Wagner Group telah memusatkan serangannya di kota tersebut, berharap untuk merebutnya. Namun, sejauh ini Moskow telah gagal membuat kemajuan signifikan di Bakhmut.

Sementara itu, dalam melancarkan perang, Putin mengatakan salah satu tujuan utamanya adalah untuk "membebaskan" Donbas, wilayah separatis di tenggara Ukraina yang memiliki hubungan linguistik dengan Rusia.


"Saya tahu bahwa tidak ada cara untuk membebaskan Donbas tanpa menangkap Bakhmut dan saya tahu bahwa pembebasan Donbas adalah salah satu tugas operasi militer kami," kata Polyanskiy, dikutip dari Newsweek, Senin (20/2/2023).

Diplomat Rusia menggambarkan kota yang dilanda perang itu sebagai benteng yang merupakan bagian dari garis pertahanan yang dijaga ketat.

"Ini bukan hanya kota sederhana. Ini adalah kota yang memiliki terowongan dan benteng bawah tanah yang panjang," katanya. "Itulah mengapa sangat sulit merebut benteng ini, tapi aku yakin kita akan melakukannya."

Jon Roozenbeek, seorang postdoctoral di University of Cambridge sebelumnya mengatakan bahwa merebut kota itu akan menjadi simbol bagi Rusia karena memungkinkan Putin menunjukkan beberapa bentuk kemenangan militer.

Jika direbut, itu akan menjadi perolehan medan perang besar pertama Rusia sejak musim panas 2022.

Roozenbeek menyebut Bakhmut sendiri tidak memiliki banyak nilai strategis, tetapi lokasinya. Dia menjelaskan bahwa merebut Bakhmut akan memungkinkan pasukan Putin melancarkan serangan artileri di tempat-tempat penting, seperti kota Kramatorsk dan Slovyansk di wilayah Donetsk.

Jaroslava Barbieri, peneliti doktoral dalam kebijakan luar negeri Rusia di University of Birmingham, juga mengatakan hal senada. Ia menuebut kota itu memiliki kepentingan militer yang lebih simbolis daripada strategis.

"Mengambil kendali atas Bakhmut adalah upaya putus asa untuk mengirim pesan bahwa Rusia membuat keuntungan tambahan dan masih bisa menang di Ukraina," ujarnya.

Pertempuran yang melelahkan untuk memperebutkan kota dan bentrokan yang semakin intensif antara pasukan Rusia dan Ukraina telah meninggalkan Bakhmut, yang memiliki populasi sebelum perang sebanyak 70.000 jiwa.

Menurut Ukrainska Pravda, 90% penduduk Bakhmut telah melarikan diri, dengan 8.000 orang yang menjadi sasaran kebakaran setiap hari akibat perang tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berjanji untuk membela Bakhmut selama pasukannya mampu. "Tidak ada yang akan memberikan Bakhmut. Kami akan berjuang selama mungkin. Kami menganggap Bakhmut sebagai benteng kami," katanya dalam konferensi pers pada 3 Februari lalu.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: LA Bak Medan Perang - Putin Beri Syarat Damai