Kekeringan Ekstrem Ancam RI, Begini Persiapan Mentan

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
17 February 2023 14:14
Suasana luas area lahan pertanian di Kecamatan Cibarusah yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih, Cibarusa, Jawa Barat. Dikutip berita Cikarang.com Camat Cibarusah, Enop Can mengatakan saat ini terdapat kurang lebih 50 hektar lahan pertanian yang ada di wilayahnya mengalami kekeringan. Lahan pertanian itu tersebar di 3 desa, yakni Ridogalih, Ridomanah dan Sirnajati. berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi per tanggal 15 Juni 2019, dari total 22.174 hektare lahan pertanian yang tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi, sebanyak 791 hektar telah dilanda kekeringan. Kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bekasi terjadi di 3 kecamatan yakni Bojongmangu 716 hektar, Sukatani 47 hektar dan Cibarusah 28 hektar. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana lahan pertanian yang mengalami kekeriangan akibat musim kemarau, Desa Ridogalih di Kecamatan Cibarusah, Jawa Barat, Senin (8/7/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim kemarau lebih kering dari biasanya diprediksi akan melanda Indonesia tahun ini. Karena itu, pemerintah pun mulai melakukan persiapan, termasuk untuk mengantisipasi dampaknya ke sektor pertanian di dalam negeri. 

"Kita jadikan itu (El Nino) itu warning sehingga berbagai langkah pun harus dilakukan, kita ndak tunggu El Nino-nya dateng baru bereaksi," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (17/2/2023).

Syahrul mengungkapkan, persiapan yang dilakukan mengantisipasi El Nino antara lain, pengadaan pompa air, menyiapkan check dam atau bendungan kecil. Dia pun meminta semua pihak terkait mulai dari Gubernur hingga petani ikut melakukan persiapan.

"Saya tuh sangat berharap ini harus menjadi warning, lebih baik kita mengasumsi terjelek bahwa besok akan ada kekeringan dan Bupati sudah mempersiapkannya," cetusnya.

Seperti diketahui, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat melakukan panen air hujan sebagai langkah mitigasi musim kemarau.

BMKG memprediksi musim kemarau di tahun 2023 akan lebih kering jika dibandingkan dengan periode tiga tahun terakhir (2020-2022).

"Mumpung saat ini hujan masih turun, maka kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan aksi panen hujan dengan cara menampungnya menggunakan tandon air atau bak penampung," ungkap Dwikorita usai Kick-off 10th World Water Forum (WWF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (15/2/2023).

BMKG sudah memperingatkan sebelumnya soal potensi El Nino ini. Deputi bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan mengungkapkan pergeseran cuaca dari  kemarau basah karena masih ada La Nina, bergeser masuk ke musim kemarau tahun ini.

"Indikasi El Nino ini masih El Nino lemah, sehingga sepanjang 2023 dari sisi curah hujan ini akan kemarau seperti biasanya. Ada sedikit pengaruh dari El Nino lemah. Tahun 2020 - 2022 merupakan kemarau basah, nah ini (2023) kemarau pada umumnya," kata Dodo, dalam Squawk Box CNBC Indonesia.

Menilik Kondisi musim yang diprediksi lebih kering di 2023 ini, BMKG memperingatkan wilayah yang cenderung kering dan berpotensi mengalami kekeringan pertanian di bagian Indonesia Barat hingga Timur serta ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan.

Produksi Beras Terganggu?

Sementara itu, Indonesia akan memasuki puncak musim panen raya padi mulai bulan Maret nanti. Saat ini, beberapa wilayah sudah melaporkan panen. 

Syahrul mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk panen di bulan Februari ini kurang lebih bisa mencapai 1 juta hektare. Sedangkan pada bulan Maret itu mencapai 1,9 juta hektare.

"Itu awal-awal panen raya, Maret - April akan menuju puncak panen yang sejauh ini kondisinya sesuai dengan prognosa bahwa semua berjalan dan produktivitasnya menurut data BPS, semua sesuai dengan yang teranalisa oleh kita," kata Syahrul.

Dia memprediksi total produksi beras dari panen raya ini mencapai 5,9 juta ton, sesuai dengan perhitungan BPS.

Syahrul mengaku sudah melaporkan terkait puncak panen raya ini bakal terjadi di sekitar awal minggu pertama - kedua bulan Maret. Dia berharap  serapan beras pada tahun ini bisa dimaksimalkan untuk kepentingan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas memprediksi, produksi beras nasional tahun 2023 berpotensi turun 5% dibandingkan tahun 2022.

"Produksi tahun 2023 turun, perkiraan saya turun 5%. Kemarin itu musim tanam pertama terganggu karena puncak-puncaknya La Nina, banyak jaringan tani kami harus tanam lagi. Di beberapa sentra produksi wilayah Pantai Utara pertanamannya rendah," jelasnya.

"Lalu diperkirakan akan masuk iklim normal, sehingga kemarau akan lebih cepat dari tahun lalu. Mungkin April sudah masuk kemarau, lalu Juni masuk El Nino," tambah Andreas.

Karena itu dia berharap segera melakukan antisipasi.

"Syukur-syukur bisa di bawah 5%. Naikkan kesejahteraan petani dengan naikkan HPP supaya gairah petani bertanam naik," pungkas Andreas.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) dan BPS mengungkapkan, produksi beras nasional tahun 2022 ditaksir mencapai 30,20 juta ton.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anak Buah Jokowi Nggak Main-main, Pecut Bulog Timbun Beras

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular