
Menteri Jokowi Dorong RI Belajar Budidaya Tuna Sampai Turki

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, tengah meminta pelaku industri untuk belajar membudidayakan bayi tuna sampai ke negara Turki, Australia, dan Jepang.
Sebab, menurutnya, model budidaya baby tuna atau bayi tuna akan lebih berkelanjutan populasinya jika dijaga dengan baik, dibandingkan dengan hanya melalukan penangkapan.
"Khusus tuna kita akan geser juga penangkapan baby, kita lagi belajar, kita juga sudah minta beberapa pelaku industri untuk belajar ke Turki lalu kemudian ke Australia, dan bahkan ke Jepang juga. Bagaimana budidaya tuna ini bisa dikembangkan di Indonesia. Karena dengan model budidaya itu akan lebih sustain. Nah target kita tahun ini menuju kesana," kata Sakti kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/2/2023).
"Di Turki sudah melakukan itu, mereka menangkap yang baby tuna dari laut, lalu kemudian dibesarkan dalam keramba-keramba yang besar," imbuhnya.
Upaya membudidayakan tuna tak terlepas dari permintaan yang tinggi. Katanya, market ikan tuna di China saat ini sedang meningkat. Sekarang masyarakat di China suka sekali mengonsumsi sashimi seperti halnya Jepang.
"Nah jadi peningkatannya sangat luar biasa. Ini salah satu yang kita sedang berusaha terus, tentu dengan badan riset ya, bagaimana tuna itu bisa dibudidaya," ujarnya.
Namun demikian, Sakti menyebut ada regulasi pembatasan penangkapan ikan tuna secara internasional. Melalui Regional Fisheries Management Organizations (RFMO), yang merupakan organisasi internasional yang dibentuk oleh negara-negara dengan kepentingan penangkapan ikan di suatu wilayah.
Adapun catch limit atau pembatasan penangkapan Indonesia dari RFMO adalah 13.689 ton untuk yellow fin tuna (IOTC), 5.889 ton untuk big eye tuna (WCPFC); dan 1.123 ton untuk southern blue fin tuna (CCSBT).
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Genjot Hilirisasi, Ini Kontribusi Freeport
