
Perang Bikin NATO Pening, Anggota 'Kisruh' soal Duit

Jakarta, CNBC Indonesia - Anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO masih terus mendiskusikan target pembelanjaan pertahanan nasional masing-masing anggotanya pada pertemuan Rabu (15/2/2023).
Mengutip AFP, sebagian besar anggota NATO tampaknya setuju agresi Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina berarti setiap negara harus menyetel patokan anggaran pertahanan sebesar 2% dari PDB masing-masing. Namun, sebagian negara menyebut 2% harusnya menjadi batasan, bukan patokan.
"Saya percaya bahwa hanya ingin mendekati targetĀ 2% tidak akan cukup. Itu harus menjadi dasar untuk yang lainnya," kata Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius dalam pertemuan rekan-rekan NATO di Brussels.
Namun beberapa negara enggan membuat target terlalu ambisius atau komitmen terlalu konkret. Pasalnya, kebutuhan setiap negara cukup berbeda.
"Dua persen tidak apa-apa, tetapi kami juga harus menjamin bahwa kami memiliki fleksibilitas karena negaranya berbeda," kata Menteri Pertahanan Luksemburg Francois Bausch.
Aliansi menetapkan pedoman 2% sekitar 16 tahun yang lalu, tetapi krisis ekonomi 2007-2008 membuat banyak anggaran dipotong. Kemudian, aneksasi Rusia atas semenanjung Krimea Ukraina pada tahun 2014 membuat sekutu berjanji untuk bergerak menuju 2% pada tahun 2024.
Seorang pejabat senior AS mengatakan aliansi itu terpecah menjadi beberapa kubu. Dua kubu yang terbentuk yakni yang menghendaki peningkatan seperti negara-negara Baltik dan Polandia, yang bertetangga dengan Rusia dan mendorong ke tingkat 2,5%.
Dari sisi yang lain adalah kubu 'penyangkal' seperti Kanada, Italia, Luksemburg, dan Spanyol, yang berpendapat bahwa mereka terlalu kecil atau operasi di luar negeri harus diperhitungkan.
"Secara keseluruhan, saya pikir kesimpulan yang jelas adalah 2% tidak cukup. Menurut saya, di situlah mayoritas sekutu berada," kata pejabat itu.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article NATO Buat Kejutan di Pintu Gerbang Rusia, Ini Reaksi Putin