Kebijakan di 2023 Serba Dilematis, Filianingsih Sarankan Ini!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
13 February 2023 13:25
Filianingsih Hendarta, Calon Deputi Gubernur BI. (Tangkapan Layar Youtube komisi XI DPR RI)
Foto: Filianingsih Hendarta, Calon Deputi Gubernur BI. (Tangkapan Layar Youtube komisi XI DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta tengah melakukan uji kepatutan dan kelayakan di Komisi XI DPR hari ini Senin (13/2/2023).

Dalam paparannya perempuan yang kerap disapa Fili ini menceritakan bagaimana kondisi terkini ekonomi global.

Fili menceritakan, bagaimana pertumbuhan ekonomi global pasca pandemi terus dibayangi ketidakpastian global, yang menimbulkan efek luka memar atau scaring effect yang menyebabkan terganggunya rantai pasok.

Alih-alih ekonomi dunia pulih, namun kata Fili resesi ekonomi diiringi laju inflasi yang tinggi, justru harus dihadapi. Setidaknya Indonesia kata Fili patut bersyukur, karena perekonomian nasional masih terjaga dengan baik.

"Ekonomi nasional bahkan mampu tumbuh 5,31% pada 2022 dan diproyeksikan tetap tumbuh 4,5% hingga 5,3% diikuti inflasi yang terkendali sesuai sasaran," jelas Fili di ruang rapat Komisi XI DPR, Senin (13/2/2023).

Kendati demikian, tingginya ketidakpastian global, pada akhirnya menutut para pelaku kebijakan, tak terkecuali BI untuk lebih waspada dalam mengambil keputusan dengan bijak. Mengingat rezim perekonomian tanah air adalah perekonomian yang terbuka.

Strategi kebijakan itu, yang dinilai Fili menjadi sebuah pilihan yang serba dilematis.

"Di satu sisi bahwa ketidakpastian pemulihan ekonomi ini menuntut kebijakan yang pro stabilitas, tapi di sisi lain kita lihat efektivitas laju pertumbuhan ekonomi menurut kebijakan yang pro pertumbuhan," jelas Fili.

"Kita lihat di sini kompleksitas semakin terasa untuk Indonesia menimbang kita tahu bahwa keberagaman struktur ekonomi di Indonesia," kata Fili lagi.

Terpenting saat ini, kata dia tidak hanya pro stabilitas atau pro pertumbuhan. Tapi, bagaimana pertumbuhan itu terjangkau dan dinikmati seluruh lapisan masyarakat pusat dan daerah.

"Strategi kebijakan tidak lagi diramu dengan bisnis as usual, kita melihat di sini perlu adanya upaya menangkap peluang yang muncul dari perubahan strategis yang ada," kata Fili menyarankan.

Saat ini, Indonesia memiliki dua perubahan lingkungan strategis yang perlu disikapi secara jitu.

Pertama arus digitalisasi ekonomi dan keuangan. Bagaimana preferensi masyarakat semakin bergeser ke layanan digital dan potensi Indonesia terbilang besar dalam hal ini.

"Karena hampir 70% penduduk Indonesia usianya produktif. [...] Kita lihat preferensi digital makin menguat juga di masa pandemi dan konsumen digital baru tercatat bertambah 21 juta," jelas Fili.

Kedua adalah terbitnya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, diiringi adanya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Kedua kebijakan ini, kata Fili mengubah tatanan kebijakan di sektor keuangan.

Pada akhirnya, kata Fili akselerasi ekonomi keuangan digital muncul sebagai pilihan logis, yang diharapkan bisa menyeimbangkan antara stabilitas, pertumbuhan, dan inklusivitas.

"Jadi kita melihat digitalisasi jangka pendek secara langsung bisa berdampak positif pada penurunan biaya transaksi dan peningkatan akses pasar. Sementara jangka jangka panjang, digitalisasi bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui jalur produktivitas," jelas Fili.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Tentukan Jadwal Uji 2 Calon Deputi Gubernur BI Besok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular