Potret Marah Warga Turki ke Erdogan: "Seharusnya Anda Malu"
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarahan terjadi pada warga Turki korban gempa ke pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Salah satunya dirasakan Hakan Tanrıverdi.
Pria itu murka dengan lambannya respons pemerintah ke gempa yang terjadi. Padahal, provinsi tempat ia berada merupakan wilayah kemenangan Erdogan di pemilihan umum presiden tahin 2018.
"Jangan datang ke sini untuk meminta suara," katanya sebagaimana dimuat AFP, Jumat (10/2/2023).
"Kami sangat terluka karena tidak ada yang mendukung kami," tambahnya.
Ya, Keluhan Tanriverdi, sangat terlihat di Adiyaman. Ini adalah salah satu provinsi, yang paling parah terkena gempa.
Penduduk setempat mengatakan bahwa penyelamat tidak datang tepat waktu untuk menarik orang-orang agar selamat dari jam-jam kritis pertama. Beberapa menunjuk pada kurangnya mesin untuk mengebor lempengan beton.
"Orang-orang yang tidak mati karena gempa dibiarkan mati kedinginan," katanya lagi.
"Bukankah dosa, orang yang dibiarkan mati seperti ini?" ujarnya.
Hal sama juga dikatakan penduduk Adiyaman lain, Mehmet Yildirim dan Guntur Hediye Kalkan. Mereka mengaku tak melihat siapapun dari pemerintah, datang membantu di hari kedua gempa.
"Saya tidak melihat siapa pun sampai pukul 14:00 pada hari kedua gempa," ujarnya.
"Tidak ada pemerintah, tidak ada negara bagian, tidak ada polisi, tidak ada tentara. Seharusnya Anda Malu! Anda meninggalkan kami sendirian," tambahnya.
"Mengapa negara tidak menunjukkan dirinya pada hari seperti ini?" kata Guntur Hediye Kalkan, sukarelawan yang melakukan perjalanan hampir 150 kilometer (95 mil) untuk membantu upaya penyelamatan dan pemulihan Adiyaman.
"Orang-orang mengambil tubuh kerabat mereka dengan cara mereka sendiri," tegasnya.
Erdogan sebenarnya mengakui kekurangan dalam penanganan bencana. Tapi dia juga melawan.
Pria berusia 68 tahun itu mengaku memimpin pertemuan tanggap darurat evakuasi di Ankara pada hari Selasa. Ia mengatakan menghabiskan dua hari berikutnya berkeliling ke serangkaian kota yang hancur.
"Ini adalah waktu untuk persatuan, solidaritas. Dalam periode seperti ini, saya tidak dapat membiarkan orang melakukan kampanye negatif untuk kepentingan politik," katanya kepada wartawan mengutip Reuters.
Sebenarnya bencana datang saat Turki hendak melakukan pemilu presiden baru. Ini akan dilaksanakan 14 Mei.
Erdogan diketahui maju kembali. Namun, apa yang terjadi saat ini, diperkirakan akan membawa tantangan bagi dirinya berkuasa kembali setelah dua dekade.
"Dengan kemarahan yang membara atas keterlambatan pengiriman bantuan dan upaya penyelamatan yang sedang berlangsung, bencana tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi pemungutan suara jika terus berlanjut," kata seorang pejabat, juga dimuat media Reuters.
"Jika ada salah penanganan dalam upaya penyelamatan, masyarakat akan frustrasi dan akan ada reaksi pergolakan ... Mungkin ada pukulan serius bagi Erdogan sehingga ia kehilangan kendali atas narasinya," ujar pendiri Cribstone Strategic Macro, Mike Harris, dikutip dari CNBC International.
Saat ini korban tewas akibat gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah telah melampaui 21.051 pada Jumat. Sebanyak 17.674 korban meninggal ditemukan di Turki sementara 3.377 di Suriah.
Turki sendiri kini dilanda krisis ekonomi dengan inflasi terakhir tercatat 57,7% pada Desember. IMF sebelumnya memperkirakan, total kerugian gempa mencapai US$ 4 miliar (Rp 60,4) triliun.
(sef/sef)