Perang Rusia-Ukraina: Zelensky 'Out', Putin Dibom Sanksi Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung hingga kini. Serangan dari Moskow pada 24 Februari 2023 lalu telah memasuki bulan ke-11 alias 352 hari.
Terbaru, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky keluar dari negaranya dan melakukan kunjungan ke beberapa negara Eropa. Awalnya ia mengunjungi London untuk bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak dan Raja Charles III.
Ini jadi kunjungan pertamanya ke Inggris sejak perang dimulai. Kemudian ia tiba di Bandara Orly Paris di Prancis di mana Zelenskyy dijadwalkan bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron serta Kanselir Jerman Olaf Scholz di Istana Elysee.
Pada Kamis, Zelensky bertemu dengan para pemimpin Eropa di Brussel. Ia diperkirakan akan berpidato di Parlemen Eropa Kamis pagi dan kemudian menghadiri pertemuan luar biasa dari 27 kepala negara Uni Eropa di kemudian hari.
Kepada para pemimpin Eropa yang berkumpul di Brussel, Zelensky menyebut negaranya membutuhkan lebih banyak peralatan pertahanan udara dalam perjuangannya melawan Rusia. Termasuk jet tempur dan kendaraan lapis baja.
"Zelensky menekankan bahwa penyediaan peralatan yang diperlukan tepat waktu dalam jumlah yang tepat akan membantu memulihkan perdamaian secepat mungkin dan melindungi kepentingan dan nilai-nilai Eropa," kata kantornya dalam pernyataan di situs webnya.
Zelensky juga menyerukan keputusan untuk memulai negosiasi agar Ukraina diterima menjadi anggota Uni Eropa pada 2023. Ukraina telah mengajukan keanggotaan empat hari setelah Rusia meluncurkan invasinya hampir setahun lalu.
Perjalanan ini adalah kedua kalinya Zelenskyy diketahui meninggalkan Ukraina sejak Rusia menginvasi negara itu pada 24 Februari tahun lalu. Berikut update perang Rusia-Ukraina lainnya, mengutip CNBC International, Jumat (10/2/2023).
Pasukan Rusia Gempur Bakhmut
Ukraina bisa segera menghadapi keputusan kritis atas penarikan diri secara taktis dari Bakhmut di wilayah Donetsk timur. Karena nasib kota itu berada di ujung tanduk saat ini.
Pasukan Rusia dan Ukraina terus berperang sengit memperebutkan Bakhmut selama berbulan-bulan, di mana Moskow melihat upayanya sebagai tujuan strategis dan cara untuk memotong jalur pasokan Ukraina di Donetsk. Pejabat Rusia baru-baru ini mengklaim bahwa pasukan Moskow hampir seluruhnya mengepung Bakhmut.
Ukraina membantah bahwa Rusia telah maju ke Bakhmut. Namun sejalan dengan analis pertahanan Barat, Kyiv mengakui bahwa pasukan Rusia mendekati kota, setelah membuat kemajuan kecil tapi bertahap di daerah sekitarnya.
Sementara itu, Zelensky menyatakan pekan lalu bahwa Ukraina, tidak ada yang akan menyerahkan Bakhmut. "Kami akan berjuang selama mungkin. Kami menganggap Bakhmut sebagai benteng kami," ujarnya.
UE Tegaskan Komitmen ke Ukraina
Presiden Dewan Eropa Charles Michel dalam konferensi pers di Brussel menyebut UE harus menyediakan semua yang dibutuhkan Ukraina karena taruhannya meningkat lebih tinggi dari sebelumnya jelang serangan musim semi besar yang diantisipasi oleh Rusia.
"Kami memahami bahwa beberapa minggu dan bulan mendatang akan menjadi sangat penting," kata Michel, berbicara kepada anggota pers bersama Zelensky dan Ursula von der Leyen.
"Kita harus tetap terbuka, kita harus terus memberikan dukungan tingkat maksimum ... Artileri, amunisi, sistem pertahanan ... Anda telah memberi tahu kami dengan tepat apa yang Anda butuhkan dan apa yang Anda butuhkan sekarang," kata Michel, berbicara kepada Zelensky.
UE telah memberi Ukraina dukungan 67 miliar euro pada tahun lalu, menurut Von der Leyen. Komentar tersebut muncul saat kunjungan mendadak Zelenskyy ke Eropa.
Sanksi Baru Rusia
UE akan menerapkan sanksi baru ke Rusia. Ini berupa larangan ekspor senilai lebih dari 10 miliar euro (Rp162,5 triliun).
"Dalam beberapa hari ke depan, kami akan mengusulkan paket sanksi kesepuluh. Kami akan menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pemimpin politik dan militer," kata von der Leyen.
"Kami akan menargetkan propagandis Putin, karena kebohongan mereka meracuni ruang publik di Rusia dan luar negeri," tambahnya.
Aliansi Eropa telah menerapkan sanksi keuangan dan energi yang menargetkan industri Moskow dan individu Rusia. Von der Leyen menegaskan kembali dukungan berkelanjutan UE untuk Ukraina, yang wilayahnya Rusia telah melakukan invasi besar-besaran yang menghancurkan selama hampir satu tahun.
"Kami adalah satu keluarga, kami memiliki satu visi. Dan anggota keluarga saling membantu. Anda dapat mengandalkan kami, "katanya.
"Kami akan terus memberikan dukungan penuh kami."
Jepang Sumbang Rp 151 M
Sementara itu, Jepang mengumumkan kontribusi hampir US$10 juta (Rp151 miliar) kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO untuk membiayai langkah-langkah darurat di Ukraina.
"Saya berterima kasih kepada Jepang atas komitmennya terhadap UNESCO, yang menyentuh semua bidang mandat kami dan memberi manfaat bagi banyak bagian dunia. Dukungan Jepang telah mencapai tingkat rekor tahun ini: Saya melihat ini sebagai kesaksian kuat atas kepercayaan pada organisasi kami," kata Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, dalam rilisnya.
UNESCO sebelumnya telah memverifikasi bahwa lebih dari 230 situs budaya di Ukraina telah rusak sejak invasi Rusia Februari lalu.
(sef/sef)