'Kiamat' Pabrik Garmen di Depan Mata, Ini Biang Keroknya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Jumat, 03/02/2023 22:00 WIB
Foto: Pabrik Garmen

Jakarta, CNBC Indonesia - Pabrik-pabrik garmen di Indonesia banyak yang tutup dan dijual melalui marketplace properti. Tidak hanya itu, mesin-mesin diobral dan dilego keluar negeri seperti India dan Bangladesh.

Industri tekstil memang sedang terpukul di awal tahun 2023 ini. Salah satu penyebab utamanya adalah lemahnya permintaan ekspor. Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja yang menyebabkan daya beli menurun.

"Potensi ekspor melemahnya sesaat harusnya. Ini lebih ke arah komitmen holistik regulasi," ungkap Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia kepada CNBC Indonesia, Jumat (3/2/23).


Pasar ekspor produk tekstil Indonesia memang tidak terlalu besar. Perbandingan dengan pasar domestik 30:70. Meskipun angkanya kecil tetap saja berpengaruh terhadap para pelaku industri.

Apalagi pasar domestik juga lagi macet. Penyebabnya banyaknya produk tekstil impor. Produk tekstil lokal tak mampu bersaing.

Foto: Sebuah Pabrik Garment dijual pada laman toko daring. (Dok. OLX)
Sebuah Pabrik Garment dijual pada laman toko daring. (Dok. OLX)

"Karena sejujurnya trust kita ke domestic market kurang, karena domestik kadang-kadang banjir impor banyak, jadi gak stabil," timpal Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSYFI) Redma Gita Wirawasta.

Akibat permintaan ekspor melemah ditambah serbuan barang impor ke pasar lokal bikin produk tekstil Indonesia terjepit. Para pelaku usaha tidak bisa lagi bergerak bebas untuk melakukan ekspansi ataupun meningkatkan penjualan.

Yang terjadi sekarang adalah beban perusahaan meningkat. Cara terakhir dipakai seperti menutup atau menjual pabrik dan melakukan PHK massal.

"Industri kuncinya market. Industri TPT Indonesia sebenarnya orientasi local market jauh lebih besar dari ekspor. Ekspor hanya di kisaran 30%, lokal 70%. Negara produsen TPT dunia juga melirik market TPT Indonesia yang begitu besar. Sebabnya bermacam-macam, utilisasi rendah, tidak bisa bersaing, akhirnya merugi, dan berujung ada yang tidak bisa bayar ke bank," jelasnya.


(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Mulai Yakin, Kepercayaan Industri Juli Ekspansif