Sodetan Kali Ciliwung Belum Beres, Cek Ramalan Cuaca DKI 2023

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
27 January 2023 15:25
Warga menerobos banjir menggunakan sepeda motor di kawasan Seskol, Jakarta, Rabu (4/1/2023). Hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di DKI Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Warga menerobos banjir menggunakan sepeda motor di kawasan Seskol, Jakarta, Rabu (4/1/2023). Hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di DKI Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan sodetan kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) masih berlangsung. Saat ini, progresnya sudah mencapai 77% dan ditargetkan beroperasi pada April 2023.

Mengutip situs resmi Sekretariat Kabinet, Sodetan Kali Ciliwung merupakan satu kesatuan dengan Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi, serta sistem kanal banjir lainnya.

Pembangunan sodetan ini merupakan bagian dari upaya menyeluruh pemerintah untuk mengendalikan banjir di wilayah DKI Jakarta.

Dijelaskan, Sodetan Kali Ciliwung memiliki dua terowongan dengan diameter masing-masing 3,5 meter.

Kehadiran sodetan tersebut akan mengurangi debit air hingga 33 meter kubik per detik pada saat status banjir siaga empat dan 63 meter kubik per detik pada saat status banjir siaga satu.

Di mana curah hujan tinggi dan lama biasanya akan menimbulkan banjir di wilayah DKI Jakarta.

Seperti yang terjadi pada awal tahun ini, tepatnya 4 Januari 2023. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan, pada hari Rabu (4/1/2023 pukul 17.00 WIB), genangan yang sebelumnya terjadi di 2 RT, saat ini menjadi 19 RT atau 0,062% dari 30.470 RT yang ada di wilayah DKI Jakarta. Titik banjir di 1 RT di wilayah Jakarta Timur dan 18 RT di Jakarta Selatan dengan ketinggian air berkisar antara 40-100 cm.

Lalu, bagaimana kondisi cuaca untuk wilayah DKI Jakarta tahun ini? Mengingat salah satu jurus penangkal banjir yang belum rampung.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di DKI Jakarta tahun ini akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya. Pasalnya, curah hujan tahun ini diprediksi lebih rendah.

"Kalau Jakarta, sudah mulai mengering di daerah Pantura, Banten, Jabar (Jawa Barat). Cuaca mengering di Jabodetabek, biasanya dimulai dari Utara, gradual ke Selatan," kata Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan saat konferensi pers virtual terkait Pantauan Kondisi Cuaca dan La Nina, Jumat (27/1/2023).

Dia menjabarkan, kondisi cuaca lebih kering diprediksi mulai terjadi sejak bulan Maret ke April, lalu semakin meningkat di bulan Mei ke Juli 2023.

"Sinyal musim kemarau bulan Mei lebih jelas, tidak hanya Jakarta tapi juga pulau Jawa," kata Ardhasena.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, musim kemarau tahun 2023 di Indonesia memang akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kondisi tahun ini lebih kering karena selama 3 tahun sebelumnya berturut-turut musim kemaraunya ada La Nina, basah. Tahun ini, menjadi normal. Sehingga, kondisi normal itu membuat musim kemarau tahun ini lebih kering," kata Dwikorita.

"Kondisi cuaca tahun ini kurang lebih seperti tahun 2018. Jadi, meski ada peluang 50% El Nino, tapi tidak akan seperti tahun 2015-2016," pungkasnya.

Berikut Prediksi Curah Hujan Bulanan 2023:

- Februari 2023 pada umumnya berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat bagian Utara

- Maret-April 2023 pada umumnya berada pada kategori menengah-tinggi. Curah hujan sangat tinggi (>500 mm/bulan) diprediksi terjadi di sebagian kecil Papua

- Mei-Juli 2023 pada umumnya berada pada kategori rendah-tinggi. Cuaca hujan sangat tinggi (>500 mm/ bulan) diprediksi terjadi di sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri PUPR: 6 Tahun Sodetan Kali Ciliwung Gak Diapa-apain

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular