Kantor Sri Mulyani Dibikin Ketar-ketir sama China

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
26 January 2023 08:15
Orang-orang berdoa dan membakar dupa untuk pemberkatan di Kuil Mausoleum Taihao untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 22 Januari 2023 di Zhoukou, Provinsi Henan, Tiongkok. (Yang Zhenghua/VCG via Getty Images)
Foto: Orang-orang berdoa dan membakar dupa untuk pemberkatan di Kuil Mausoleum Taihao untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada 22 Januari 2023 di Zhoukou, Provinsi Henan, Tiongkok. (VCG via Getty Images/VCG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelonggaran kebijakan Zero-Covid di China ternyata membuat kantor Sri Mulyani, Kementerian Keuangan, resah. Pasalnya, angka infeksi dan korban jiwa akibat Covid-19 di Negeri Tirai Bambu kembali meningkat.

Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) mengakui pelonggaran aktivitas di China menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi jajaran kementerian tersebut.

Analis Kebijakan Ahli Madya BKF Kemenkeu Rahadian Zulfadin mengungkapkan, setelah China membuka perbatasan internasional pada Minggu (8/1/2023) dengan sejumlah pelonggaran justru memberikan kekhawatiran.

"Kita masih menunggu dalam 2-4 minggu ke depan seperti apa penanganan pandemi dengan kenaikan kasus ini di China," jelas Rahadian dalam sebuah webinar hari ini, Rabu (25/1/2023).

"Kalau ternyata sistem kesehatan tidak mampu menampung kenaikan jumlah kasus yang sangat besar, akan memiliki dampak negatif terhadap aktivitas ekonomi di China," sambungnya.

Kekhawatiran BKF sendiri beralasan. Penularan Covid-19 di China memberikan pengalaman buruk bagi dunia karena akibat pandemi Covid-19 banyak perekonomian runtuh.

"Dampak negatif dari pandemi belum bisa ditinggalkan. Scaring effect masih terjadi baik di rumah tangga, maupun perusahaan dan perekonomian," tuturnya.

"Kondisi scaring effect (Dari pandemi Covid-19) yang ditinggalkan dari pandemi. Kemudian perang Rusia dan Ukraina, konflik di Laut China Selatan di Taiwan masih meninggalkan dampak negatif, salah satunya disrupsi rantai pasok," lanjut Rahadian lagi.

Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Covid-19 China (CDC), Rabu (25/1/2023), mencatat kasus Covid-19 mencapai puncak dengan lebih dari 7 juta infeksi setiap hari sekitar 22 Desember lalu. Kematian juga mencapai rekor dengan menembus lebih dari 4.000 kasus di 4 Januari 2023.

"Sekitar 22 Desember 2022, jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah konsultasi rawat jalan demam mencapai puncaknya," tulis lembaga itu, sebagaimana dimuat Reuters.

"Kasus melebihi 7 juta per hari dan jumlah konsultasi rawat jalan harian memuncak pada 2,867 juta ... Hampir 6.000 orang dengan Covid-19 meninggal di rumah sakit 1 Januari," tambah CDC China lagi.

Data tersebut muncul setelah seorang ilmuwan terkemuka mengatakan pada akhir pekan bahwa 80% dari 1,4 miliar populasi China telah terinfeksi. Ini di tengah tingginya perjalanan yang terjadi di periode liburan Tahun Baru Imlek yang kadang dijuluki sebagai 'migrasi manusia terbesar di dunia'.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Lega, China Lakukan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular