Duaarrrrr! Tetangga RI Dapat Rezeki 'Nomplok' dari China

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara tetangga Indonesia, Thailand diperkirakan akan mendapatkan rezeki nomplok dari pembukaan kembali aktivitas di China.
Ekonom DBS khusus kawasan ASEAN Chua Han Teng berpandangan, Thailand merupakan negara tujuan tertinggi bagi turis asal China. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Dragontrail Internasional, sebuah perusahaan pemasaran perjalanan di China yang dirilis pada Desember 2022.
Minat penelusuran untuk penerbangan dari China ke Thailand juga melonjak secara signifikan, yakni tumbuh 176% dalam 11-14 hari sebelum berakhirnya tahun 2022.
"Dalam pandangan kami, dimulainya kembali perjalanan keluar China dan kembalinya turis China setelah tiga tahun isolasi pandemi, akan berdampak positif bagi ekonomi Thailand dari perspektif pertumbuhan dan stabilitas makro," jelas Chua Han Teng dalam laporan DBS terbaru edisi Januari 2023, dikutip Selasa (24/1/2023).
Kedatangan turis ke Thailand juga dipermudah dengan adanya aturan otoritas setempat. Di mana test Covid-19 tidak lagi diperlukan jika ingin berkunjung ke Thailand, dan turis asing hanya harus memperlihatkan bukti vaksinasi di semua pintu masuk kedatangan.
Kendati demikian, jika pengunjung datang ke Thailand untuk masa tinggal lebih dari tujuh hari, maka asuransi kesehatan Covid-19 sebesar US$ 10.000 harus disiapkan. Juga syarat tes PCR negatif juga harus dipenuhi, termasuk turis yang berasal dari China.
"Berlanjutnya normalisasi pengunjung lain akan menjadi penarik dan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Thailand dan stabilitas makro selama dua tahun ke depan," jelas Han Teng.
DBS memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi di Thailand akan mencapai 4% pada 2023, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang diperkirakan akan mencapai 3,8% dan pada 2024 akan naik menjadi 4,4%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 3,6%.
"Perekonomian Thailand bersiap untuk berkembang di atas tren pertumbuhan pra-pandemi, rata-rata 3,4% dalam lima tahun dari 2015 hingga 2019," kata Han Teng lagi. Namun skenario bisa lebih buruk jika terjadi penyebaran virus tak terduga dari China.
Peningkatan pariwisata, akan mendukung pertumbuhan di dua sektor ekonomi di Thailand, yakni ekspor jasa dan konsumsi masyarakat. Terutama pada sektor yang bergantung pada pariwisata seperti ritel, akomodasi, dan layanan makanan, transportasi, dan seni, hiburan dan rekreasi.
"Sektor-sektor ini menyumbang ~30% dari total pekerjaan dan PDB (di Thailand) sebelum terjadi pandemi pada 2019. Dan sangat terpukul dengan adanya berbagai pembatasan pandemi yang terjadi pada 2020 dan 2021," tuturnya.
DBS memperkirakan pada 2023-2024, pengeluaran pelayanan dan non penduduk akan terus meningkat, tertolong oleh kedatangan wisatawan yang lebih tinggi dan khususnya kembalinya wisatawan dari China.
Pada akhirnya, fundamental makro ekonomi Thailand akan terdongkrak dengan kembalinya surplus transaksi berjalan atau current account, selama dua tahun berturut-turut, yakni pada 2023-2024, setelah secara signifikan selalu defisit pada 2021-2022.
"Kami memperkirakan surplus current account sebesar (di Thailand) 1,4% pada tahun 2023 dan 4,6% pada tahun 2024, dari defisit sebesar 3,6% dari PDB pada tahun 2022," jelas Han Teng.
[Gambas:Video CNBC]
Penembakan Massal Guncang Thailand: 34 Tewas, 22 Anak-Anak
(cap/cap)