Kena Serbuan Mobil China, Suzuki Tutup Pabrik di Thailand

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
09 June 2024 19:45
Suzuki S-Presso di ajang Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Tangerang, Banten, Kamis (11/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto:Ilustrasi mobil Suzuki (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mobil pabrikan Jepang yakni Suzuki mengumumkan akan menutup produksinya di Thailand. Penutupan itu terjadi di tengah masifnya China yang menjajakan mobil di Negeri Gajah Putih tersebut.

Suzuki Motor Corp mengumumkan perusahaan akan memberhentikan produksi mobilnya di Thailand pada akhir tahun 2025 mendatang. Hal itu senada dengan rencana pengembangan kendaraan elektrifikasi untuk memproduksi mobil listrik dan mobil hybrid.

Suzuki sendiri memilih melakukan impor untuk penjualan mobil di Thailand, termasuk mobil listrik dan hybrid dari pabrikan di kawasan Asia Tenggara, Jepang, dan India.

"Dalam rangka mempromosikan netralitas karbon dan elektrifikasi secara global, Suzuki telah mempertimbangkan untuk mengoptimalkan lokasi produksi global di suatu grup," ungkap Suzuki pada sebuah pernyataan, dilansir Detikcom, dikutip Minggu (9/6/2024).

Adapun, saat ini Suzuki punya pabrik mobil di Provinsi Rayong, Thailand, yang sudah berusia 12 tahun lamanya. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 60 ribu unit.

Di lain sisi, pabrikan kendaraan asal China gencar masuk ke Thailand dan memproduksi lebih banyak kendaraan listrik dan hybrid.

Suzuki sendiri bukan pabrikan pertama yang menutup pabriknya di Thailand. Sebelumnya ada Subaru yang juga memastikan menutup pabrik perakitan di Negeri Gajah Putih tersebut. Kabarnya, penutupan pabrik di Thailand ini akan makin meluas seiring dengan perlambatan ekonomi, rencana merger, ataupun meningkatnya biaya operasional.

Dalam catatan Federasi Industri Thailand (FTI) sudah ada 1.600-1.700 pabrik yang ditutup pada awal tahun ini. Industri otomotif di Thailand tengah berjuang keras lantaran penjualan di pasar domestik lesu dan ekspor melambat dibandingkan negara-negara tetangga.

"Kita tidak bisa lagi dijuluki 'Detroit-nya Asia' karena Malaysia telah menggantikan kita," ungkap Ketua FTI Kriengkai Thiennukul.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Suzuki Ignis Disuntik Mati, Begini Nasib Aftersales dan Spare Partnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular