Internasional

Gawat! AS Lagi Gusar Hebat Gegara Utang Mentok, Kok Bisa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
20 January 2023 21:21
President Joe Biden speaks about a cease-fire between Israel and Hamas, in the Cross Hall of the White House, Thursday, May 20, 2021, in Washington. (AP Photo/Evan Vucci)
Foto: Presidden AS Joe Biden (AP/Evan Vucci)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) saat ini dihantui kekhawatiran finansial. Hal ini terjadi tatkala negara itu telah mencapai plafon atas utang, sehingga terancam tidak dapat membiayai tagihan yang ada.

Dalam persetujuan Kongres, batas atas utang yang dapat dimiliki Negeri Paman Sam adalah US$ 13,4 triliun. Ketika plafon tercapai, Kementerian Keuangan tidak dapat menerbitkan tagihan, obligasi, atau catatan lagi, sehingga harus bergantung pada pajak.

Dengan tersentuhnya plafon batas atas utang, investor pemegang obligasi Washington pun terancam tidak dapat memperoleh pembayaran. Bila terpaksa gagal bayar, pemerintah justru nantinya harus menanggung lebih banyak bunga untuk menjualnya.

Menurut beberapa analis, situasi seperti ini nantinya akan mengarah pada larinya investor dari AS, sehingga melemahkan nilai dolar.

"Pasar keuangan akan kehilangan kepercayaan pada AS, dolar akan melemah dan saham akan jatuh," Dewan Penasihat Ekonomi, bagian dari Gedung Putih, menulis selama debat plafon utang pada tahun 2021 yang dilaporkan Channel News Asia (CNA) mengutip Bloomberg.

"Peringkat kredit AS hampir pasti akan diturunkan, dan suku bunga akan naik secara luas untuk banyak pinjaman konsumen, membuat produk seperti pinjaman mobil dan hipotek lebih mahal untuk keluarga yang tunduk pada perubahan suku bunga atau mengambil pinjaman baru," tambahnya.

"Itu bisa meninggalkan beberapa luka yang bertahan lama, termasuk kenaikan permanen dalam biaya pendanaan utang federal AS," tambah David Kelly, Kepala Strategi Global di J.P. Morgan Asset Management, kepada Reuters.

Untuk mengatasi hal ini, Gedung Putih dan Departemen Keuangan harus melobi Kongres demi bisa menaikkan plafon utang. Namun, Kongres yang dikuasai oposisi pemerintah dari Partai Republik telah memberikan sinyal untuk menekankan pemotongan belanja demi menyelamatkan keuangan negara.

"Saya ingin duduk dengan semua pemimpin dan terutama presiden dan mulai berdiskusi," kata Ketua DPR yang juga kader Partai Republik, Kevin McCarthy.

Sementara itu, Menteri Keuangan Janet Yellen sedang mempersiapkan tindakan-tindakan penghematan untuk tetap mampu membayar tagihan pemerintah federal.

Dalam surat yang ditujukan kepada McCarthy, Yellen mengatakan Departemen Keuangan akan menangguhkan investasi baru dalam Dana Pensiun dan Disabilitas Layanan Sipil serta Dana Tunjangan Kesehatan Pensiunan Layanan Pos mulai Kamis hingga 5 Juni 2023.

"Kedua langkah tersebut tunduk pada 'ketidakpastian yang cukup besar' jika Kongres tidak mengesahkan undang-undang untuk meningkatkan plafon utang $31,4 triliun," tulis laporan CNBC International.

Meski terjadi situasi seperti ini, sebagian besar analis percaya AS akan menghindari gagal bayar. Pasalnya, kenaikan plafon batas utang mayoritas disetujui, meski di menit-menit terakhir.

"Tapi, bagi investor jangka panjang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Plafon utang telah dinaikkan 45 kali dalam 40 tahun terakhir," kata Shane Sideris, salah satu pendiri Synchronous Wealth Advisors di California.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kegagalan Bayar Utang AS, Picu Bencana Ekonomi & Keuangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular