
RI Utang Rp7.849 T, Dampak ke Ekonomi Jadi Segini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah telah mencapai sebesar Rp 7.849,89 triliun per April 2023. Adapun, rasio utang terhadap produk domestik bruto sebesar 38,15 persen.
Kendati jumlah utang ini membengkak dibandingkan masa sebelum Covid-19. Pada 2019, kondisi fiskal Indonesia, sangat baik. Saat itu, keseimbangan primer di Tanah Air hampir berbalik surplus. Namun, Covid-19 membuat target harus mundur. Defisit fiskal Indonesia pun melebar hingga 6,1% dari sebelumnya 1,8%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kondisi fiskal Indonesia ini lebih baik dibandingkan banyak negara saat pandemi memuncak.
"Jadi dalam konteks ini (utang) Indonesia tidak terkecuali, tetapi speed dan level konsolidasi Indonesia jauh lebih cepat," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja Badan Anggaran dan Pemerintah, Sabtu (30/5/2023).
Negara tetangga seperti, Malaysia dan Thailand, mengalami kondisi di mana defisit fiskalnya membesar setelah pandemi berlalu.
Thailand, misalnya, defisitnya membesar menjadi 5,5% dibandingkan 4,7% pada tahun lalu dan defisit anggaran Malaysia juga meningkat dari 4,9% menjadi 5,3%.
China, kata Sri Mulyani, kondisi defisit fiskalnya membaik dari 9,7% menjadi 7,5%.
"Ini hanya untuk menggambarkan bahwa instrumen fiskal di seluruh dunia digunakan dan memang harus hadir untuk melindungi negaranya masing-masing," tegas Sri Mulyani.
Hal serupa terjadi untuk rasio utang. Semua negara mengalami kenaikan rasio utang. Ini adalah konsekuensi akibat defisit yang melebar.
Thailand, misalnya mengalami pelebaran rasio utang dari level 40% menjadi 60%. Kenaikannya mencapai 20%. Indonesia yang kenaikannya menjadi sekitar 40% saat pandemi telah berangsur turun ke level 30%.
"Dan AS yang menjadi pembicaraan dunia, rasionya mencapai 121,7% dari sebelumnya 107,4% setelah memuncak di 133%."
Ini semua memperlihatkan bagaimana semua negara mengunakan instrumen fiskal, dalam hal ini utang, untuk meredam shock dari Covid-19," kata Sri Mulyani.
Kendati utang meningkat, Sri Mulyani mengungkapkan efektivitas pemerintah cukup baik dibandingkan negara lain. Indonesia dan Vietnam yang kenaikan government debt atau utang pemerintah cukup tinggi ternyata memberikan hasil tambahan PDB yang besar.
"Untuk US$ 206,5 miliar, ini semua dalam US dolar, kita lihat Indonesia berhasil menaikkan nominal GDP hingga US$ 276,1 miliar," kata Sri Mulyani.
Hal ini berbanting terbalik dengan India, dimana mereka memiliki angka nominal utang yang cukup besar hingga Rp 932,4 miliar, sementara itu efek nominal PDBnya mencapai Rp 683,5 miliar. Dengan demikian Artinya, untuk India, satu dolar utangnya menghasilkan 0,73 dari nominal PDBnya. Sementara itu, Indonesia mencatat tambahan PDB yang dihasilkan
"Indonesia US$1 utang menghasilkan kenaikan GDP nominal US$1,34. Jadi ini bagus sekali," tegas Sri Mulyani. Hal ini menunjukkan pengelolaan utang yang baik.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia-AS Sepakat Konversi Utang USD 35 Juta Untuk Konservasi Alam