Kantong BI Penuh SBN dari Burden Sharing, Nilainya Rp1.450 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa bank sentral memiliki Surat Berharga Negara (SBN) dengan total nilai Rp 1.450 triliun. SBN tersebut sebagian besar merupakan hasil dari burden sharing pemerintah dan BI selama tiga tahun.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, BI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk melakukan burden sharing atau berbagi beban. Burden sharing ini merupakan kompromi tanggung renteng antara pemerintah dan Bank Indonesia dalam penanganan Covid-19 dan memulihkan ekonomi.
Per November 2022, BI mengungkapkan total SBN dari pasar perdana yang diserap dalam burden sharing, sesuai SKB I-III, mencapai Rp 1.144 triliun. Sebagaimana diketahui, burden sharing yang diatur dalam SKB I hingga III merupakan bagian dari upaya bahu-membahu dengan Kementerian Keuangan untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Perry menuturkan bahwa akan menggunakan SBN tersebut sebagai instrumen operasi moneternya.
"Untuk SBN, BI kurang lebih memiliki Rp 1.450 triliun, dan itu tentu saja sebagai instrumen operasi moneter dan kami tetap gunakan operasi moneter," kata Perry, dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (19/1/2023).
Adapun, dia mengungkapkan bahwa SBN ini dipakai sebagai instrumen di twist operation guna mendukung stabilitas nilai tukar.
"Kami jual SBN yang jangka pendek, dengan menjual jangka SBN jangka pendek, (maka) yield SBN jangka pendek naik, yield jangka pendek naik sehingga investor luar negeri itu tertarik, sehingga masuk tuh (dana investor)," katanya.
Terbukti, sejak Desember 2022 hingga Januari 2023, investasi portofolio naik kencang. "Di awal tahun ini, net inflow US$ 4,6 miliar," paparnya.
Melihat besarnya jumlah SBN tersebut, BI mau tidak mau harus mulai mengurangi kepemilikan SBN guna menyeimbangkan posisi neracanya.
[Gambas:Video CNBC]
3 Kebijakan Fiskal Jokowi Ini Paling Tokcer Saat Pandemi
(haa/haa)