Luhut Temui CEO & Pakar Top Dunia di Eropa: Semua Khawatir!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan membawa kabar buruk dari Eropa, saat tengah berada dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss.
Dalam rangkaian acara pertemuan itu, Luhut menceritakan, otoritas ekonomi, pakar dan para pengusaha di dalamnya masih berpandangan situasi ekonomi pada 2023 akan menghadapi berbagai gejolak, terutama yang berasal dari tensi geopolitik.
"Kita tentu harus berhati-hati menghadapi tantangan ini. Karena di Davos ini sangat khawatir dengan perkembangan terakhir. Karena mereka juga meramalkan pertempuran di Ukraina itu belum akan selesai dalam waktu dekat ini," kata Luhut dalam acara Rakornas Kepala Daerah, dikutip Rabu (18/1/2023).
Karena itu, untuk tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun ini, Luhut meminta seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk bisa kompak menjalankan roda perekonomian di tanah air.
"Saya ingin juga teman-teman semua, ayo bersatu padu. Bahu membahu membangun ekosistem. Bangun kepercayaan untuk kita bisa menerima investor itu dengan baik," tutur Luhut.
"Kita semua harus kompak. Jangan dipolitisasi hal-hal yang masih menyangkut kepentingan rakyat banyak," ujarnya.
Meski begitu, Luhut berujar, juga ada kabar baik yang disampaikan para peserta WEF tentang Indonesia. Diantaranya tentang kemampuan Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil dalam menghadapi gejolak ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 secara konsisten dalam tren yang positif sejak kuartal I hingga kuartal III-2022, dengan pertumbuhan di atas 5%.
"Tadi malam saya diundang makan malam oleh berbagai pihak di Davos. Saya ceritakan dan mereka betul-betul mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Indonesia," ucap Luhut.
"Dan mereka mengatakan, (Indonesia) salah satu negara yang tahan dalam menghadapi guncangan ekonomi dunia," katanya
Sebagai informasi, survei terbaru WEF menunjukkan dua pertiga dari kepala ekonom sektor swasta dan publik meyakini resesi global akan terjadi tahun ini.
Survei WEF didasarkan pada 22 tanggapan dari sekelompok ekonom senior yang diambil dari lembaga internasional, termasuk International Monetary Fund (IMF), bank investasi, perusahaan multinasional dan kelompok reasuransi.
Dengan sekitar 18% menganggapnya sangat mungkin terjadi resesi global. Hasil ini naik dua kali lipat dari survey yang sudah dilaksanakan sebelumnya pada September 2022.
"Inflasi tinggi saat ini, pertumbuhan rendah, utang tinggi, dan lingkungan fragmentasi tinggi mengurangi insentif untuk investasi yang dibutuhkan untuk kembali ke pertumbuhan dan meningkatkan standar hidup bagi yang paling rentan di dunia," ujar Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi dalam pernyataan yang menyertai hasil survei, seperti dikutip dari Reuters, Senin (17/1/2022).
(mij/mij)