
WEF Davos 2023 Resmi Dimulai, Apa yang Dibicarakan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Forum Ekonomi Dunia (WEF) kembali digelar di Davos, Swiss. Pertemuan berlangsung sejak Senin waktu setempat hingga 20 Januari nanti.
Ini merupakan tatap muka pertama sejak wabah Covid-19. Rekor jumlah pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis diyakini bakal terjadi.
Lalu apa yang akan dibicarakan?
Mengutip Xinhua, WEF tahun ini mengambil tema "Cooperation in a Fragmented World". Sesuai dengan topik itu, agenda tahun ini akan menitikberatkan pada cara mengatasi perpecahan dan fragmenti yang muncul dalam menghadapi sejumlah krisis.
Pendiri sekaligus Kepala Eksekutif WEF, Klaus Schwab mengatakan berbagai kekuatan politik, ekonomi, dan sosial telah menyebabkan peningkatan perpecahan baik lokal maupun global. Karenanya perlu memperkuat kerja sama antara pemerintah dan bisnis.
"Harus ada pengakuan bahwa pembangunan ekonomi perlu dibuat lebih tangguh, lebih berkelanjutan, dan tidak boleh ada yang tertinggal," katanya dikutip Selasa (17/1/2023).
Pertemuan ini diharap bisa berfokus pada solusi dan kerja sama antara pemerintah dan swasta. Para pemimpin juga akan membahas isu lain, seperti energi, iklim, ekonomi, teknologi, masyarakat, kesehatan dan geopolitik.
Resesi
Mengutip Reuters, prospek resesi global membayangi pertemuan tahunan WEF kali ini. Dua pertiga dari kepala ekonom sektor swasta dan publik yang disurvei oleh WEF memperkirakan resesi global akan terjadi di 2023.
Sekitar 18% menganggapnya "sangat mungkin" terjadi resesi. Ini lebih dari dua kali lipat dari survei yang dilakukan pada September 2022 sebelumnya.
"Inflasi tinggi saat ini, pertumbuhan rendah, utang tinggi, dan lingkungan fragmentasi tinggi mengurangi insentif untuk investasi yang dibutuhkan untuk kembali ke pertumbuhan dan meningkatkan standar hidup bagi yang paling rentan di dunia," kata Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi dalam pernyataan yang menyertai hasil survei.
Survei WEF didasarkan pada 22 tanggapan dari sekelompok ekonom senior yang diambil dari lembaga internasional. Termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), bank investasi, perusahaan multinasional dan kelompok reasuransi.
Mengenai inflasi, survei WEF melihat variasi regional yang besar: Proporsi ekspektasi inflasi tinggi pada tahun 2023 berkisar dari hanya 5% untuk China hingga 57% untuk Eropa, di mana dampak kenaikan harga energi tahun lalu telah menyebar lebih luas.
Mayoritas ekonom melihat pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut di Eropa dan Amerika Serikat (masing-masing 59% dan 55%), di mana pembuat kebijakan terjebak di antara risiko pengetatan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
"Jelas ada penurunan besar dalam permintaan, persediaan tidak habis, pesanan tidak masuk," kata wakil kepala eksekutif dan kepala keuangan perusahaan logistik global DP World yang berbasis di Dubai, Yuvraj Narayan.
"Ada terlalu banyak kendala yang dipaksakan. Ini bukan lagi ekonomi global yang mengalir bebas dan kecuali mereka menemukan solusi yang tepat, itu hanya akan menjadi lebih buruk," katanya, menambahkan kelompok tersebut memperkirakan tarif pengiriman turun antara 15-20% pada tahun 2023.
Sementara itu, survei sikap CEO oleh PwC yang dirilis di Davos pada Senin adalah yang paling suram sejak auditor "Big Four" meluncurkan jajak pendapat satu dekade lalu. Ini menandai perubahan signifikan dari pandangan optimis pada tahun 2021 dan 2022.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Layanan PSK Pria-Wanita Laris di Forum Ekonomi Davos