Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan China mengizinkan warganya bepergian ke luar negeri menjadi berkah Indonesia. Turis Tiongkok diharapkan kembali mengalir deras ke Tanah Air menjelang Hari Raya Tahun Baru China atau Imlek.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal China biasanya melonjak tajam selama libur Imlek. Namun, pandemi Covid-19 membuat tradisi tersebut hilang.
Pada Imlek 2019 yang jatuh pada 5 Februari, kunjungan wisman ke Indonesia pada bulan tersebut menembus 1,27 juta.
Turis Tiongkok menjadi yang terbanyak yang mengunjungi Indonesia pada februari 2019 dengan jumlah 200 ribu atau 17% dari total. Jumlah kunjungan juga meningkat 12,2% dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada libur Imlek 2018 di mana jatuh pada 6 Februari juga mencatatkan hal yang sama. Kunjungan wisman China pada Februari 2018 tercatat 214,5 ribu atau 18% dari total kunjungan.
Pada libur Imlek 2017 yang jatuh pada Januari, turis Tiongkok berkontribusi 20,27% terhadap total kunjungan wisman pada bulan tersebut yang mencapai 1,03 juta.
Perayaan Imlek tahun ini jatuh pada 22 Januari. Libur Imlek juga menjadi yang terlama di China yakni berkisar 7-16 hari sehingga banyak warganya yang menghabiskan waktu untuk bepergian ke luar negeri.
Imlek tahun ini akan menjadi istimewa karena warga Tiongkok akhirnya diperbolehkan ke luar negeri setelah tiga tahun "dikurung".
Tidak heran kemudian jika antusiasme mereka untuk bepergian sangat tinggi.
Data Trip.com melaporkan jutaan turis asal Negara Tirai Bambu sudah merencanakan liburan ke berbagai wilayah Asia tenggara untuk menghabiskan libur Imlek.
Booking perjalanan pada 13 Januari 2023 meningkat 10 kali lipat atau 1.026% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Boooking ke negara Asia Tenggara naik delapan kali lipat dengan tujuan utama adalah Thailand, Singapura, Malaysia, Kamboja, dan Indonesia.
Kawasan Asia Tenggara menjadi pilihan selain dekat juga karena tidak ada persyaratan khusus untuk memasuki wilayah tersebut, seperti hasil tes antigen.
Seperti diketahui, China memprotes keras sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, dan Jepang yang meminta warganya melakukan tes antigen sebelum memasuki negara tersebut.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah mengumumkan tidak akan memberikan pembatasan kepada turis China meskipun kasus Covid di Tiongkok tengah meningkat tajam.
Kedatangan turis China ke Indonesia selama libur Imlek ini tentu saja diharapkan bisa mendatangkan devisa yang besar.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan kunjungan wisman pada tahun ini di angka 3,5-7,4 juta pada 2023.
Target devisa dari sektor pariwisata pada 2023 diharapkan terkumpul sebesar US$ 2,07-5,95 miliar. Sebagai catatan, jumlah devisa dari sektor pariwisata hingga Oktober 2022 tercatat US$ 4,2 miliar.
Jumlah warga China yang bepergian ke luar negeri berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir. Sebanyak 155 juta warga China mengunjuungi berbagai negara pada 2019 atau sebelum pandemi.
Turis China juga menggerakan ekonomi banyak negara Asia Tenggara.
Berdasarkan data Heritage Foundation's 2021 Index of Economic Freedom, sebanyak 12 juta turis China mengunjungi Thailand pada 2019 tetapi jumlahnya menyusut hingga menjadi 13.043 wisatawan pada 2021.
Sementara itu, sekitar 3,6 juta warga China mengunjungi Singapura pada 2019 atau 13% dari total warga asing yang mengunjungi negara tersebut.
Namun, jumlah warga China yang mengunjungi Singapura hanya mencapai 88.000 pada 2021.
Berdasarkan data BPS, sebanyak 2,07 juta warga China mengunjungi Indonesia pada 2019. Jumlah tersebut setara dengan 12,5% dari total kunjungan turis pada tahun tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA