Ironis! Negara Kaya Migas Ini Dihantam Krisis Gas, Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelangkaan gas melanda Iran. Hal ini menjadi sebuah ironi karena negara itu merupakan pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia.
Mengutip Deutsche Welle, kelangkaan ini membuat pemerintah menutup sekolah dan kantor pada musim dingin ini. Awal pekan lalu, Menteri Perminyakan Javad Owji juga memberikan peringatan bagi warga untuk menghemat persediaan.
"Saya menyarankan warga untuk berpakaian lebih hangat di rumah dan mengurangi konsumsi. Mereka yang menggunakan terlalu banyak gas dapat menghadapi terputusnya pasokan," ujar Owji dikutip Senin, (16/1/2023).
Sejak pertengahan Desember, kantor pemerintah dan sekolah di berbagai provinsi di seluruh negara berpenduduk 84 juta orang itu telah ditutup selama berminggu-minggu untuk menghemat bahan bakar.
Menurut perusahaan konsultan kebijakan Orient Matters, David Jalilvand, Iran mengalami situasi ini karena tidak menggunakan gas secara efisien. Apalagi, negara itu juga terbiasa dengan harga gas yang murah.
"Iran menderita karena konsumsi gas alam yang berlebihan dan sumber energi lainnya sebagai akibat dari efisiensi energi yang sangat buruk," paparnya.
"Subsidi, yang dimaksudkan untuk meringankan kesulitan ekonomi penduduk dan merangsang ekonomi, merupakan faktor penting di sini. Beberapa upaya untuk memotong subsidi gagal karena situasi genting banyak rumah tangga Iran."
Iran juga berjuang dengan konsumsi energi yang tinggi di hampir semua sektor industri, terutama industri besi, baja, dan semen. Menurut Institut Federal Jerman untuk Geosains dan Sumber Daya Alam, Iran menduduki peringkat keempat dalam daftar negara dengan konsumsi gas tertinggi di dunia pada tahun 2020, hanya tertinggal dari Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China.
"Selama dua dekade terakhir, Iran telah mampu memperluas produksi gas alamnya secara signifikan," tambah Jalilvand.
"Tetapi produksi tetap terbelakang dalam hal ukuran cadangan Iran. Kurangnya akses ke teknologi utama karena sanksi AS juga berperan. Di masa mendatang, Iran tidak akan memiliki kapasitas yang signifikan untuk meningkatkan ekspor gasnya."
(luc/luc)