Internasional
Geger JPMorgan Ketipu Rp 2,6 T Investasi di Startup 'Bodong'

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa perbankan asal Amerika Serikat (AS), JPMorgan, mengaku tertipu saat memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan startup, Frank, pada 2021. Hal ini terungkap saat JPMorgan membongkar rekayasa performa perusahaan itu.
Frank didirikan pada 2017 oleh seorang wanita bernama Charlie Javice. Perusahaan itu bergerak untuk mempercepat dan mempermudah proses pengajuan pinjaman pendidikan bagi mahasiswa di AS.
Saat diakuisisi, JPMorgan membeli perusahaan itu senilai US$ 175 juta atau Rp 2,6 triliun. Penggunanya disebutkan mencapai sekitar 4 juta orang.
Namun baru-baru ini, JPMorgan menguak bahwa jutaan pengguna itu fiktif setelah setelah mengirimkan email pemasaran ke 400.000 pelanggan Frank. Dalam pengiriman itu, 70% email memantul kembali dan tak terkirim.
"Javice, yang telah mendekati JPMorgan pada pertengahan 2021 tentang kemungkinan penjualan, berbohong kepada bank tentang skala startup-nya. Secara khusus, setelah ditekan untuk konfirmasi basis pelanggan Frank selama proses uji tuntas, Javice menggunakan ilmuwan data untuk menemukan jutaan akun palsu," menurut JPMorgan, dikutip CNBC International, Senin (16/1/2023).
JPMorgan pun menuduh Javice pertama kali meminta kepala teknisinya untuk membuat detail pelanggan palsu menggunakan algoritma.
"Alih-alih mendapatkan bisnis dengan 4,25 juta siswa, JPMorgan menduga bisnis ini memiliki kurang dari 300.000 pelanggan."
Pihak Javice sendiri menolak tuduhan ini. Seorang pengacara Javice mengatakan kepada The Wall Street Journal menyatakan bahwa JPMorgan telah "membuat" alasan untuk memecatnya akhir tahun lalu untuk menghindari pembayaran utang jutaan dolar kepadanya.
"Setelah JPM bergegas untuk mengakuisisi bisnis roket Charlie, JPM menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja di sekitar undang-undang privasi siswa yang ada, melakukan pelanggaran dan kemudian mencoba untuk mengubah kesepakatan," kata pengacara Javice.
Sosok Fenomenal
Charlie Javice pernah masuk dalam daftar bergengsi Forbes 30 Under 30. Namun belakangan diketahui bahwa dia kemungkinan besar adalah seorang penipu ulung.
Mengutip Forbes, investor utama Frank adalah Crunchbase. Perusahaan ini juga mendapat suntikan dana dari miliarder terkemuka Marc Rowan dan pendukung ventura terkemuka termasuk Aleph, Chegg, Reach Capital, Gingerbread Capital, dan SWAT Equity Partners.
Namun ternyata suntikan dana itu justru disalahgunakan oleh pendirinya, Javice.
Javice lulus dari Wharton di University of Pennsylvania dan pernah masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 di bidang keuangan pada tahun 2019. Kepada Forbes, dia mengklaim bahwa Frank telah membantu 300.000 siswa untuk mengajukan permohonan bantuan keuangan untuk pendidikan.
Selain itu, melansir Insider, Javice mengklaim bahwa dirinya sebagai pengusaha yang berhasil mencetak rekor.
"Saya membangun bisnis dan mengumpulkan dana dari perguruan tinggi, menolak pekerjaan keuangan, meskipun saya diberitahu bahwa saya akan gagal karena saya tidak memiliki pengalaman bisnis," katanya kepada Insider pada 2021.
[Gambas:Video CNBC]
CEO JPMorgan: AS Segera Resesi, 6-9 Bulan Lagi
(luc/luc)