Campuran Baru Sawit di Solar Bisa Bikin Hemat Konsumsi BBM

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
12 January 2023 19:07
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan penggunaan campuran Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) untuk program Biodiesel 35% (B35) akan membuat konsumsi bahan bakar lebih hemat.

Lebih hematnya konsumsi bahan bakar ini jika dibandingkan dengan campuran produk turunan sawit lainnya, yakni Fatty Acid Methyl Esters (FAME) pada minyak Solar.

Baik HVO maupun FAME merupakan sama-sama berbahan baku minyak kelapa sawit (CPO).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa penggunaan HVO membuat proses pembakaran menjadi lebih hemat. Pasalnya, kandungan kalorinya lebih tinggi daripada biodiesel.

"Penggunaan HVO sedikit lebih hemat karena kandungan kalorinya sedikit lebih tinggi dari biodiesel," kata Dadan kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/1/2023).

Menurut Dadan, pemanfaatan program B35 dengan pencampuran 65% BBM Solar, 30% FAME dan ditambah 5% dari HVO secara teknis memungkinkan. Namun demikian, menurutnya harga HVO memang masih lebih mahal untuk saat ini.

Oleh sebab itu, pemerintah saat ini masih mengkaji pemanfaatan HVO untuk program B35. Mengingat, pemerintah sendiri juga telah melakukan uji coba campuran HVO untuk program B40.

"Kita akan dorong pemanfaatan HVO untuk di-blending dengan minyak Solar dengan angka setana yang tinggi seperti pada Pertadex kalau yang produk Pertamina," kata dia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) Bambang Tjahjono mengusulkan, setidaknya untuk biodiesel B35 bagi industri pertambangan ini ada unsur pencampuran HVO, tidak sepenuhnya 35% dari FAME.

Dia beralasan, berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan pihaknya, hasil pengujian ini menunjukkan bahwa dengan campuran HVO sebesar 5%, hasilnya lebih bagus untuk di penyimpanan ketimbang hanya dengan campuran FAME.

"Fokus kami untuk penyimpanan jangka panjang. Jangan makin lama negatifnya makin berat. Kalau dengan HVO ini sudah diuji. Karena anggota kami sudah simpan sendiri dengan dua macam itu, kalau gak salah 6 bulan. Itu peningkatan penyerapan air dari udara bebas tadi jauh lebih lambat kalau pakai campuran HVO," kata Bambang saat ditemui CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Senin (09/01/2023).

Oleh karena itu, pihaknya pun telah mengirimkan surat kepada Kementerian ESDM agar untuk industri alat berat dan jasa pertambangan, campuran biodiesel untuk B35 ini ada opsi untuk ditambahkan HVO, setidaknya 5% HVO, sehingga tidak murni 35% campuran dari FAME.

Ahli Konversi Energi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri menjelaskan bahwa HVO dan FAME pada dasarnya berasal dari bahan baku yang sama.

Namun, untuk HVO sendiri telah melewati proses pengolahan kembali di kilang minyak dalam negeri dengan menghasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Sementara FAME, menurutnya hanya melalui proses esterifikasi atau reaksi kimia biasa, bukan reaksi pemecahan hidrokarbon. Sehingga, berpotensi menimbulkan masalah di mesin.

"HVO ini hampir gak ada karena ini hampir seperti Solar tapi cetane numbernya tinggi. Kan selama ini sebelum ada penggunaan biodiesel baik baik saja Solar gak ada masalah. Itu kalau sendiri-sendiri, cuma kalau dicampur ini yang gak tahu," ujarnya.

Oleh sebab itu, jika industri jasa tambang mengusulkan adanya pencampuran 60% Solar, 30% FAME dan 5% HVO, maka setidaknya perlu menunggu uji coba yang tengah dilakukan oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas Kementerian ESDM terlebih dahulu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ESDM Kaji Campuran Produk Baru Sawit Ini pada Solar 'Baru' RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular