Internasional

Dokter Kiamat Beri Ramalan Buruk Lagi soal Ekonomi 2023, Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 10/01/2023 10:00 WIB
Foto: Economics professor, Nouriel Roubini (REUTERS/Rick Wilking)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dokter Doom alias Dokter Kiamat Nouriel Roubini kembali buka suara terkait ramalan ekonomi 2023. Ekonom berusia 64 tahun ini sebelumnya menjadi terkenal karena memprediksi krisis keuangan 2008-2009 dan diberi julukan demikian oleh Wall Street.

Roubini mengatakan kali ini akan ada 'ancaman besar' yang dihadapi ekonomi global. Termasuk inflasi yang sangat lama yang membuat utang yang menggunung, bom waktu demografis, berakhirnya globalisasi hingga ancaman kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

"Ancaman ini terwujud sekarang," katanya, mengutip Telegraph, Selasa (10/1/2023).


"Saya ingin membuat orang sadar bahwa jika kita tidak mengatasinya, kita akan menghancurkan ekonomi kita, dan kita akan menghancurkan umat manusia," tegasnya.

Roubini, yang menjabarkan prediksinya dalam buku barunya berjudul "Megathreats", mengatakan bahaya terbesar adalah melonjaknya inflasi. Menurutnya ini tak hanya di negara maju tapi juga berkembang.

"Tren struktural menunjukkan bahwa masalahnya akan bersifat sekuler daripada sementara," kata ekonom top itu dalam opini baru-baru ini untuk Project Syndicate dimuat Insider.

"Gubernur bank sentral di seluruh dunia tidak mungkin menurunkan inflasi tanpa menyebabkan resesi yang parah, yang dapat menimbulkan masalah bagi sistem keuangan global mengingat banyak rumah tangga, bank, dan pemerintah yang memiliki banyak utang," katana lagi.

"Bankir bank sentral tidak dapat meredam krisis utang tanpa memangkas suku bunga, yang dapat memperburuk inflasi. Kebuntuan itu dapat membanting ekonomi global dengan "ibu dari semua stagflasi krisis utang," tambahnya seraya menyebut bencana keuangan yang menyebabkan pengangguran tinggi, inflasi tinggi, dan khususnya di Amerika Serikat (AS), jatuhnya pasar saham yang tajam.

Perang

Lebih lanjut Roubini memberi pandangannya soal perang. Menurutnya invasi Rusia ke Ukraina yang mengganggu rantai pasokan dan telah mengguncang ekonomi global, akan menjadi geopolitik yang dapat menyebar ke seluruh dunia.

Ia menunjuk ketegangan antara AS dan kekuatan besar lainnya, seperti Timur Tengah, Iran, dan China, di mana sebelumnya ia rempat memperingatkan bahwa Perang Dunia III telah dimulai. Ketegangan, tegasnya, menyebabkan banyak kekuatan membangun pantai pasokan militer mereka, termasuk NATO, Eropa, dan AS.

"Beban anggaran nasional itu dapat memperburuk tingkat utang dan inflasi yang tinggi, memperpanjang krisis keuangan," tegasnya.

Perubahan Iklim

Ekonomi global, kata Roubini, juga mengobarkan perang melawan perubahan iklim. Ini mungkin, ujarnya mahal untuk diselesaikan.

"Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat menelan biaya triliunan dolar per tahun selama beberapa dekade mendatang, dan konyol untuk berpikir bahwa semua investasi ini akan mendorong pertumbuhan," kata Roubini, seraya menambahkan bahwa negara kemungkinan akan menjadi lebih miskin dari waktu ke waktu.

"Sebagian besar dari stok modal yang ada harus diganti, baik karena sudah usang atau karena telah dihancurkan oleh peristiwa yang didorong oleh iklim," tambahnya.

Penyakit Merajalela

Penyebaran Covid-19 belum berakhir, begitu pula pandemi. Roubini memperkirakan wabah penyakit akan merajalela di masa depan dan sebagian karena dampak perubahan iklim.

"Itu dapat secara signifikan menambah utang pemerintah ketika para pemimpin berusaha untuk mengatasi satu demi satu krisis kesehatan masyarakat, sementara juga menghadapi biaya kesejahteraan untuk masyarakat yang menua," tambahnya.

Kecerdasan Buatan

Di sisi lain, Roubini menyorot soal perekonomian global yang akan dibanting oleh "globotics". Ini merujuk inovasi yang berasal dari globalisasi dan otomasi.

Sementara beberapa orang berpendapat bahwa faktor-faktor tersebut memacu pertumbuhan ekonomi, ia berujar ini adalah ancaman besar bagi pekerja kerah biru dan putih. Ujung-ujungnya, pemerintah dapat dipaksa untuk mengeluarkan uang tunai dalam jumlah besar jika robot, teknologi AI, dan kemajuan lainnya membuat orang kehilangan pekerjaan. 

"Biayanya bisa sangat besar," Roubini memperingatkan.

"AS dapat kehilangan sekitar 20% dari PDB-nya jika pemerintah membagikan pendapatan dasar sebesar US$1000 per orang per bulan," tambahnya.

Kesenjangan Kekayaan

Kesenjangan kekayaan memicu keresahan di antara kaum muda dan kelas menengah dan pekerja. Ini, katanya, mahal bagi para pemimpin pemerintah untuk dihaluskan.

"Untuk mencegah rezim populis berkuasa dan mengejar kebijakan ekonomi yang sembrono dan tidak berkelanjutan, demokrasi liberal perlu menghabiskan banyak uang untuk memperkuat jaring pengaman sosial mereka - seperti yang sudah dilakukan banyak orang," kata Roubini.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sengketa Pulau Tujuh, Gubernur Babel Gugat Mendagri