
Mirip RI, Anwar Ibrahim Ungkap Malaysia Siap Tinggalkan Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengungkapkan, Malaysia memiliki komitmen yang sama dengan Indonesia dalam penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS).
Upaya untuk meninggalkan dolar tersebut, kata Anwar sangat berperan penting dalam melaksanakan melakukan perjanjian bilateral, baik itu investasi dan perdagangan.
Pasalnya, kebutuhan akan the greenback alias dolar baik Malaysia dan Indonesia sangat besar, terutama dalam kinerja ekspor dan impor.
Oleh karena, itu jika kekuatan Malaysia dan Indonesia bersatu untuk meninggalkan dolar, tentu akan sangat berdampak baik terhadap volatilitas nilai tukar masing-masing negara.
Dengan catatan, bahwa segala sesuatunya harus diperhitungkan dengan matang. Terutama saat melakukan perjanjian bilateral dengan China.
China menjadi salah satu negara yang banyak melakukan impor bahan baku dan barang modal untuk produksi manufaktur, baik itu ke Indonesia atau Malaysia.
"Untuk China, dia tidak boleh bergantung hanya pada dolar. Meski (saat ini) basket currencies Yen dan Yuan meningkat," jelas Anwar Ibrahim dalam dalam acara CT Corp Leadership Forum di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (9/1/2023).
Oleh karena itu, Anwar berkomitmen penuh untuk dapat meninggalkan dolar AS, seperti yang dilakukan Indonesia.
"Kita mau melepaskan dolar, tapi itu pun berisiko juga. Tapi, bagi saya kita harus ambil pandangan mereka dan sejauh mana basket currencies untuk kita gunakan; Yuan, Yen, Dolar atau Euro dan tidak totally dependent (bergantung) pada dolar," ujarnya.
"Kita (Malaysia) sebagai negara kecil harus pastikan hubungan kita bersama Indonesia dan ASEAN compact cukup kuat. Sementara hubungan dengan Barat dan China harus baik as trading nation" kata Anwar lagi.
Pernyataan Anwar tersebut sekaligus menjawab pertanyaan dari Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono yang turut hadir dalam CT Corp Leadership Forum. Tentang bagaimana upaya Malaysia dan langkah apa yang akan diambil dengan Indonesia dalam menghadapi tekanan dolar AS yang terus menguat.
Adapun, Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia, pada 23 September 2023 telah memperbarui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal (Local Currency Bilateral Swap Arrangement - LCBSA) hingga RM8 miliar atau Rp 28 triliun.
Perjanjian tersebut berlaku efektif selama 3 (tiga) tahun dan merupakan pembaruan atas perjanjian yang pertama kali disepakati pada tahun 2019. Pembaruan LCBSA tersebut juga semakin memperkuat kerjasama keuangan antar kedua bank sentral.
Pembaruan perjanjian juga menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat stabilitas pasar keuangan melalui penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi bilateral antara Indonesia dan Malaysia.
(cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Begini Sosok PM Anwar Ibrahim di Mata Chairul Tanjung
