
Ada Kabar Baik dari China Bikin Semua Warga Happy, Apa Itu?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari China. Negara ini telah membuka perbatasan internasionalnya untuk pertama kali, sejak melakukan pembatasan perjalanan di Maret 2020, Minggu (8/1/2023).
Para pelancong tak perlu lagi melakukan karantina. Mereka masih memerlukan bukti tes PCR negatif yang diambil dalam waktu 48 jam perjalanan.
Ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan Covid-19 China saat memerangi lonjakan kasus. Langkah tersebut disambut baik oleh banyak orang yang ingin berkumpul kembali dengan keluarga.
Di Hong Kong, 400.000 orang diperkirakan melakukan perjalanan ke China daratan dalam beberapa minggu mendatang. Antrean penerbangan diyakini bakal terjadi termasuk di kota-kota seperti Beijing dan Xiamen.
Arus di jembatan Hong Kong-Zhuhai-Macau misalnya sudah dipenuhi pelancong yang naik bus ke Provinsi Guangdong. Kebanyakan di antaranya adalah mahasiswa yang pulang ke rumah.
Seorang pria mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak melihat keluarga besarnya selama tiga tahun dan tidak dapat menahan kegembiraannya. "Saya baru saja membeli tiket kembali ke China," ujarnya.
Seorang wanita mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia sudah bertahun-tahun tidak melihat orang tuanya, meskipun salah satu dari mereka menderita kanker usus besar. "Sangat, sangat bahagia," katanya.
Pembukaan China selebar-lebarnya ini dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek. Sebelum pandemi, ini adalah migrasi tahunan terbesar di seluruh dunia dari orang-orang yang pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Tahun 2023 ini, kemungkinan dua miliar perjalanandilakukan pada Tahun Baru Imlek 2023. Ini dua kali lipat jumlah perjalanan tahun lalu.
"Saya sangat senang bisa kembali, dan menghirup udara China. Sangat bahagia, sangat senang," kata Li Hua, yang melakukan perjalanan dari Inggris ke China.
"Kami bahkan tidak menunjukkan PCR kepada mereka, kami hanya memindai kode dan memasukkan deklarasi bea cukai yang sangat cepat... Dan kemudian langsung diproses," kata Marj Clayton yang bertujuan ke Zhuhai di Guangdong, bersama istir dan bayinya.
Sementara itu, lonjakan kasus diantisipasi sejumlah negara dari perjalanan ke luar China. Ini mendorong setidaknya 16 negara, termasuk AS dan Inggris memberlakukan persyaratan untuk tes Covid-19 pada orang yang datang dari China.
Di sisi lain, pemerintah China menyensor lebih dari 1.000 akun media sosial yang mengkritik penanganan virus tersebut. Perlu diketahui sejak 25 Desember lalu, China menyetop pengumuman data harian Covid-19 ke publik.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Pening, Kasus Baru Covid China Tembus 1.000 Lebih
