Makin Horor, China Bersiap Hadapi Puncak Covid dalam Seminggu

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 December 2022 21:20
Pengemudi ambulans menurunkan pasien di luar klinik demam yang merawat pasien COVID-19 di Beijing, China, Rabu (21/12/2022). Kondisi pandemi Covid-19 di China terus memburuk seiring dengan berakhirnya kebijakan penguncian ketat di seluruh negeri. (Photo by Kevin Frayer/Getty Images)
Foto: Pengemudi ambulans menurunkan pasien di luar klinik demam yang merawat pasien COVID-19 di Beijing, China, Rabu (21/12/2022). Kondisi pandemi Covid-19 di China terus memburuk seiring dengan berakhirnya kebijakan penguncian ketat di seluruh negeri. (Photo by Kevin Frayer/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - China memperkirakan puncak kasus infeksi Covid-19 akan terjadi dalam seminggu mendatang, menurut Zhang Wenhong, Direktur Pusat Nasional untuk Penyakit Menular negara tersebut.

"China diperkirakan akan mencapai puncak infeksi dalam waktu seminggu," katanya, sebagaimana dilaporkan The Paper, outlet berita yang didukung pemerintah Shanghai pada Kamis (22/12/2022).

"Puncak infeksi juga akan meningkatkan tingkat penyakit parah, yang akan berdampak pada seluruh sumber daya medis kami," ujarnya, menambahkan gelombang akan berlangsung satu atau dua bulan lagi setelah itu, dilansir dari Reuters, Jumat (23/12/2022).

"Kita harus siap secara mental bahwa infeksi tidak dapat dihindari," lanjutnya.

Namun demikian, Zhang mengatakan dia telah mengunjungi panti jompo di sekitar Shanghai dan melihat jumlah lansia yang mengalami gejala parah sangat rendah.

Sebuah rumah sakit Shanghai memperkirakan setengah dari 25 juta orang pusat komersial akan terinfeksi pada akhir minggu depan. Para ahli mengatakan China dapat menghadapi lebih dari satu juta kematian akibat Covid tahun depan.

China sendiri melaporkan kurang dari 4.000 kasus Covid lokal bergejala baru secara nasional pada 22 Desember, dan tidak ada kematian akibat Covid baru selama tiga hari berturut-turut. Pihak berwenang telah mempersempit kriteria kematian akibat Covid, yang memicu kritik dari banyak pakar penyakit.

Sementara perusahaan data kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris pekan ini mengatakan jumlah infeksi di China kemungkinan lebih dari satu juta per hari dengan kematian lebih dari 5.000 per hari, dan ini sangat kontras dari data resmi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan melaporkan belum menerima data dari China tentang rawat inap Covid baru sejak Beijing mencabut kebijakan nol-Covidnya.

Sejak beberapa waktu terakhir, China tiba-tiba mengubah kebijakan, membuat sistem kesehatan yang sudah rapuh tidak siap menghadapinya. Alhasil, rumah sakit berebut tempat tidur dan stok darah, apotek berebut obat-obatan, dan pihak berwenang berlomba untuk membangun klinik baru.

Tak hanya itu, pemerintah juga mulai memvaksinasi lansia. Ini dianggap telat, sebab China baru memvaksinasi lansia tiga minggu lalu.

Tingkat vaksinasi keseluruhan China di atas 90% tetapi tingkat untuk orang dewasa yang telah mendapatkan suntikan booster turun menjadi 57,9%, dan menjadi 42,3% untuk orang berusia 80 tahun ke atas, menurut data pemerintah.

Negara ini memiliki sembilan suntikan Covid yang dikembangkan di dalam negeri dan telah disetujui untuk digunakan. Namun semuanya dianggap kurang efektif daripada vaksin buatan Barat yang menggunakan teknologi mRNA.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Pening, Kasus Baru Covid China Tembus 1.000 Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular