Gencatan Senjata Putin Tak Laku, Ukraina Dapat 'Bom' Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Gencatan senjata yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin sepertinya "kurang laku". Sejumlah pihak, baik Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan Inggris, menilai hal tersebut hanya strategi Rusia saja.
Putin tiba-tiba menitahkan gencatan senjata di wilayah pertempuran Ukraina, Jumat (6/1/2022) ini dan Sabtu (7/1/2022). Hal tersebut karena perayaan Natal umat Kristen Ortodoks sekaligus permintaan tokoh agama Patriark Kirill.
"Saya menginstruksikan menteri pertahanan Federasi Rusia untuk memperkenalkan, dari pukul 12:00 pada 6 Januari 2023 hingga 24:00 pada 7 Januari 2023, gencatan senjata di sepanjang garis kontak antara kedua belah pihak di Ukraina," kata Putin sebagaimana diutarakan Kremlin dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.
"Mengingat fakta bahwa sejumlah besar warga yang menganut Ortodoksi tinggal di daerah pertempuran, kami meminta pihak Ukraina untuk mengumumkan gencatan senjata dan memberi mereka kesempatan untuk menghadiri kebaktian gereja pada Malam Natal, serta pada Hari Peringatan. Kelahiran Kristus," tambah pernyataan itu.
Namun Ukraina menganggapnya munafik dan propaganda. Ini malah dianggap jebakan baru Putin.
"Mereka ingin menggunakan Natal sebagai kedok untuk setidaknya menghentikan gerak maju orang-orang kita di Donbass dan membawa peralatan, amunisi, dan orang-orang yang dimobilisasi lebih dekat ke posisi kita. Apa yang akan terjadi? Hanya peningkatan jumlah korban tewas," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui Telegram, menurut terjemahan NBC News.
"Semua orang di dunia tahu bagaimana Kremlin menggunakan jeda perang untuk melanjutkan perang dengan semangat baru. Tapi untuk mengakhiri perang lebih cepat, itu sama sekali tidak dibutuhkan," tambahnya.
Hal sama juga dikatakan AS. Presiden Joe Biden mengatakan ini hanyalah upaya Rusia "menemukan ruang bernapas" dalam upayanya terus menyerang Ukraina.
Pernyataan pemimpin Rusia itu yang menjadikan hari raya Natal Orthodoks sebagai alasan gencatan senjata juga tak berdasar. Ini pun ditimpali juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.
"Dia siap mengebom rumah sakit ... dan gereja pada 25 Desember dan pada Hari Tahun Baru," kata Biden.
"Saya pikir dia sedang berusaha mencari oksigen," ujarnya.
"Kami memiliki sedikit kepercayaan pada niat di balik pengumuman ini," tambah Price.
Komentar miring juga datang dari Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly. Ia mengatakan gencatan senjata Rusia selama 36 jam di Ukraina untuk Natal Ortodoks tidak akan melakukan apa pun untuk memajukan prospek perdamaian.
"Rusia harus secara permanen menarik pasukannya, melepaskan kendali ilegal atas wilayah Ukraina dan mengakhiri serangan biadabnya terhadap warga sipil tak berdosa," tulisnya di Twitter.
'Bom' Baru Ukraina
Sementara itu, Barat terpantau makin gencar mengirimkan senjata ke Ukraina. Setidaknya ini dilakukan AS dan Jerman kemarin.
AS, disebut Zelensky, akan memberi rudal patriot baru. Bersama Jerman, Paman Sam juga akan memberi kendaraan tempur lapis baja.
"Kita akan memiliki baterai (rudal) Patriot lain dan kendaraan lapis baja yang kuat. Ini benar-benar kemenangan besar bagi negara kita," kata Zelensky.
"Semua detail dan tenggat waktu akan dilakukan besok, setelah percakapan saya dengan Tuan Kanselir," tambah Zelensky lagi.
AS memang mengaku akan memberi Ukraina Kendaraan Tempur Infanteri Bradley. Berlin akan memberi Ukraina Kendaraan Tempur Infanteri Marder.
(sef/sef)