Cadangan Emas RI 26.000 Ton, tapi Impor Dari Singapura Rp10 T

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 January 2023 16:40
Singapura
Foto: CNBC

Singapura telah menjadi rumah emas di Asia Tenggara sejak 1960-an karena memiliki fasilitas dan kebijakan yang digemari oleh para investor dan pedagang logam mulia.

Pada 1969, setelah evolusi global pasar emas bebas dan struktur harga dua tingkat setelah runtuhnya London Gold Pool, Singapura mendirikan pasar emas over the counter (OTC).

Kemudian setelah 10 tahun, tepatnya pada November 1978 sekelompok bank dan pialang emas Singapura membentuk Gold Exchange of Singapore (GES). Adapun anggota pendiri yakni United Overseas Bank (UOB), NM Rothschild & Sons Ltd dan Overseas Chinese Banking Corporation (OCBC). 

GES mendaftarkan dua kontrak berjangka emas yang dapat dikirim secara fisik: 100 oz dan 1 kg. GES juga mendirikan lembaga kliringnya sendiri, Singapore Gold Clearing House, yang anggota kliringnya adalah OCBC, UOB, Overseas Union Bank (OUB), DBS Bank Ltd dan Bank of Nova Scotia. Kontrak emas GES melihat minat awal yang kuat tetapi volume perdagangan berkurang pada tahun 1983.

Pada akhir tahun 1983, GES diintegrasikan ke dalam pasar keuangan berjangka baru - Singapore International Monetary Exchange (SIMEX), sebuah kolaborasi antara GES dan International Monetary Market (IMM), sebuah divisi dari Chicago Mercantile Exchange (CME). 

Pada tahun 1984, SIMEX meluncurkan kontrak berjangka emas 100 oz yang diselesaikan secara tunai berdasarkan harga loco London. 

Peran Singapura sebagai pusat redistribusi emas fisik untuk kawasan ini mencapai rekor pada tahun 1992, ketika impor emas mencapai 414 ton (hampir setengah dari total konsumsi Asia). 

Namun, setelah saat itu mengalami penurunan permintaan secara bertahap dan aktivitas dihentikan pada tahun 1996, yang menyebabkannya dihapus pada tahun 1997. SIMEX kemudian bergabung dengan Bursa Efek Singapura pada tahun 1999 untuk membentuk Singapore Exchange (SGX) multi-aset saat ini.

Pada 2010 Asia memiliki rumah penyimpanan emas atau disebut Asia Fort Knox setelah pendirian Singapore Freeport.

Ini adalah gudang berikat dan tidak ada pajak barang dan jasa (GST) saat perdagangan dilakukan di dalam lokasi. Maka dari karena itu, ini merupakan pilihan populer bagi investor bernilai tinggi. 

Lokasinya terletak di sebelah Bandara Internasional Changi Singapura, gudang penyimpanan ini memiliki luas 22.000 meter persegi dengan akses langsung ke landasan pacu bandara dan penjaga bersenjata sepanjang waktu.

Pemerintah Singapura mengumumkan pada awal 2012 bahwa perdagangan logam mulia akan dibebaskan dari GST mulai Oktober 1, 2012. Dampaknya, volume impor emas non moneter melonjak 78% dan ekspor meningkat 37% pada 2013 (data dari IE Singapore).

Singapura semakin ambisius untuk menjadikan dirinya sebagai pusat perdagangan logam mulia. Oleh karena itu Internal Enterprise (IE) Singapura mendanai formalisasi Singapore Bullion Market Association (SBMA) dan membantu meningkatkan profilnya di bawah program Pengembangan Perusahaan dan Asosiasi Lokal (LEAD).

Sejak 2017, SBMA telah menyelenggarakan Konferensi Logam Mulia Asia Pasifik (APPMC) tahunannya, sebuah platform bagi komunitas logam mulia untuk mengangkat dan mendiskusikan masalah yang terkait dengan pasar logam mulia Asia Pasifik. 

APPMC bertujuan untuk menyediakan peluang jaringan bagi sektor emas batangan, perhiasan, dan pertambangan dari kawasan dan dunia. Delegasi juga dapat mempelajari lebih lanjut tentang pasar baru dan bertemu dengan pelanggan dan pemasok baru dari ASEAN dan Asia melalui konferensi tersebut. SBMA juga menerbitkan buletin triwulanan Crucible untuk mendorong ikatan yang lebih kuat di antara peserta dalam industri dan menciptakan peluang pertumbuhan baru.

(ras/ras)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular