Internasional

5 Potret Baru Arab Saudi: Pantai Bikini ke Buka Cadar-Abaya

Tommy Patrio Sorongan & sef, CNBC Indonesia
05 January 2023 13:00
Penonton  menggunakan telepon untuk berswafoto selama festival musik MDLBEAST Soundstorm 2022 di Banban di pinggiran utara ibu kota Arab Saudi, Riyadh, Kamis (1/12/2022). (Photo by FAYEZ NURELDINE/AFP via Getty Images)
Foto: Penonton menggunakan telepon untuk berswafoto selama festival musik MDLBEAST Soundstorm 2022 di Banban di pinggiran utara ibu kota Arab Saudi, Riyadh, Kamis (1/12/2022). (Photo by FAYEZ NURELDINE/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC IndonesiaArab Saudi terus mengambil kebijakan radikal yang mengubah citra konservatif negara itu. Hal ini dilakukan demi mewujudkan Visi Saudi 2030, yang dianggap akan membebaskan negara itu dari ketergantungan terhadap minyak, dengan menggantinya dari sektor pariwisata

Ada beberapa hal yang diubah Riyadh beberapa tahun terakhir mulai dari wilayah bebas bikini hingga perempuan yang sudah mulai melepas baju abayanya. Berikut daftar lengkapnya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia dari sejumlah sumber termasuk AFP dan The National, Kamis (5/1/2022):

1. Pantai Bikini

Di Arab Saudi, ada sebuah tempat di mana perempuan dan laki-laki bisa bersama-sama tanpa batasan. Mereka bisa mendengar musik, menari, bermain air, hingga mengenakan pakaian renang bikini.

Tempat itu ialah Pure Beach. Ini adalah pantai privat yang terletak di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer dari kota internasional Jeddah.

Pantai ini memiliki taman terapung yang membentuk tulisan "Arab Saudi" dalam bahasa Inggris, jika dilihat dari atas. Untuk masuk ke sini, tiap orang harus mengeluarkan kocek 300 riyal Saudi atau sekitar Rp 1,1 juta (asumsi Rp 3,772/riyal), untuk menikmati musik dan tarian sekaligus bermain air.

Melansir AFP, tahun lalu terlihat banyak pengunjung pantai berenang di perairan pirus, dengan para wanita mengenakan bikini. Beberapa di antaranya merokok shisha.

2. Podcast Berbau Seks

Di Arab Saudi, orang masing sulit untuk mendapatkan pendidikan seks di rumah dan di kelas. Namun muncul podcast berbahasa Arab yang membicarakan hal-hal tabu, termasuk seks, untuk menggebrak kesan konservatif tersebut.

Kerning Cultures, perusahaan yang memproduksi podcast, merilis podcast 'Jasadi' atau 'Tubuhku' sejak tahun 2019. Tujuannya untuk menceritakan kisah yang selama ini tidak dapat diceritakan, termasuk soal hal porno, masturbasi, dan seks anal.

Jasadi adalah podcast terpopuler ketiga Kerning Culture. Jumlah pendengarnya, lebih dari 70% di antaranya adalah wanita, telah tumbuh enam kali lipat sejak debut dua tahun lalu.

Apple menamakannya salah satu podcast Timur Tengah dan Afrika Utara terbaik untuk tahun 2020. Jasadi sangat populer di Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Jasadi bukan satu-satunya podcast berbahasa Arab yang membangkitkan selera percakapan terbuka soal seks. 'Eib' atau 'Shame' dalam bahasa Inggris, diproduksi oleh Sowt yang berbasis di Yordania, telah membahas topik kontroversial, termasuk seks, porno, dan masturbasi, sejak diluncurkan pada 2017.

3.Izinkan Miras?

Arab Saudi dilaporkan akan mengizinkan beredarnya minuman beralkohol. Negeri tempat dua kota suci umat Islam itu, Mekkah dan Madinah, akan menyajikan anggur, koktail, hingga sampanye.

Ini akan berlaku di kota megafuturistik baru negeri itu. Hal itu terkait dibukanya sebuah resor pantai di Neom tahun depan.

Wall Street Journal (WSJ) memberitakan ini pertama kali pada September tahun lalu. Media AS itu melihat dokumen pengembangan kota, tertanggal Januari.

"Terletak di pulau Laut Merah bernama Sindalah, resor Neom berharap untuk menawarkan bar anggur premium, bar koktail terpisah, dan bar untuk sampanye dan makanan penutup," tulis WSJ dikutip Senin (19/9/2022).

"Rencana tersebut juga menyerukan toko anggur ritel dengan tampilan dinding vertikal yang mencolok," tambah media AS itu lagi.

Bukan hanya alkohol, gambar pengembangan Sindalah tertanggal Juni juga memuat gambar-gambar wanita berbikini dan pria bertelanjang dada. Mereka dibuat bersantai di kapal pesiar dan mandi di kolam renang tanpa batas.

"Sindalah akan 'menyalakan' Laut Merah sebagai tujuan baru untuk kapal pesiar super dan menarik beberapa orang paling kaya dan berpengaruh di dunia," kata dokumen perencanaan itu lagi.

4. Pesta 'Dugem' hingga Halloween

Saudi telah mengizinkan adanya konser musik elektronik di wilayahnya. Pada tahun 2021 saja, terdapat sederet konser musik yang diadakan dengan ratusan ribu warga yang hadir. Tercatat, sederet DJ terkemuka dunia hadir seperti adalah Afrojack, Benny Bennassi, Nancy Ajram dan Tiesto. Tak hanya itu, ada juga DJ lokal yang hadir seperti Dish Dash, Cosmicat dan Saud.

Selain itu, Saudi juga pada akhir Oktober lalu mengadakan festival Halloween. Padahal sebelumnya, perayaan tersebut dilarang di negeri Raja Salman tersebut.

Perayaan itu pun menuai kritik dari beberapa pengguna media sosial Muslim. Mereka menuduh pendirian agama Arab Saudi memiliki standar ganda.

Pasalnya, pemerintah tidak mengizinkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun acara yang tak sesuai syariat malah digelar di negeri konservatif itu.

"Otoritas Hiburan Umum (GEA) mengadakan acara yang disebut 'Akhir Pekan Horor," tulis akun Twitter Musa al-Magribi.

"Sementara perayaan Maulid masih dilarang. Bayangkan sebuah negara yang melarang peringatan Nabi karena lebih jahat dari merayakan Halloween," ujarnya lagi.

Mengutip Arab News, Halloween diizinkan karena dianggap acara hiburan semata. Penyelenggaraannya dikatakan tidak berbahaya.

"Ini adalah perayaan besar, jujur, dan ada semangat kegembiraan ... Dalam hal haram atau halal, saya tidak tahu tentang itu. Kami merayakannya hanya untuk bersenang-senang dan tidak ada yang lain," kata salah satu peserta yang mengambil bagian dalam perayaan untuk pertama kalinya.

5.Lepas Cadar dan Abaya

Terbaru, wajah perubahan Arab Saudi terlihat dari ibu kota Riyadh. Mengutip The National, tidak ada lagi aturan segregasi dan praktik sosial yang ketat.

Di Bandara Internasional King Khalid Riyadh misalnya, pria dan wanita mengantri di jalur yang sama di bea cukai. Mayoritas wanita pun tak bercadar dan beberapa tak memakai Abaya, pakaian tradisional panjang yang biasa dipakai wanita di kawasan Teluk dan sempat wajib di Arab Saudi.

"Mengunjungi Arab Saudi secara keseluruhan adalah pengalaman yang berbeda pada tahun 2008 dibandingkan saat ini, dengan aturan ketat mengenakan abaya dan kerudung serta pemisahan jenis kelamin yang mencolok," kata seorang turis Mesir yang mengunjungi keluarga besarnya di Jeddah, Samia.

Hal sama juga dikatakan Susan Parker, yang bekerja di Timur Tengah sejak 2008, termasuk di Dubai dan Abu Dhabi. Sebelumnya, ujarnya, sebagai wanita asing yang belum menikah, dia tidak bisa mendapatkan visa pengunjung untuk pertemuan dengan klien di ibu kota tapi kini tidak lagi.

"Tidak ada kata sifat yang cukup besar untuk menggambarkan perubahan yang telah dilihat Riyadh," ujarnya terkejut melihat Riyadh kini.

"Sikapnya sangat terbuka, ramah dan berpikiran maju," kata kepala komunikasi untuk Cenomi Group itu. "Semua orang benar-benar merasa mereka berperan dalam perubahan ini."

Pemerintah Saudi memang telah menerbitkan aturan pekerja yang disebut Nitaqat. Kebijakan itu mengharuskan perusahaan-perusahaan Saudi dan mengisi tenaga kerja mereka dengan warga lokal hingga level tertentu, termasuk perempuan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fenomena Baru di Arab Saudi, Kaum Hawa Gemar "Tari Telanjang"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular