Internasional

Iran Ngamuk ke Prancis Gegara Majalah 'Kartun Nabi', Kenapa?

sef, CNBC Indonesia
05 January 2023 11:14
In this picture released by the official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei speaks during a meeting with army's air force and air defense staff in Tehran, Iran, Sunday, Feb. 7, 2021. Iran's supreme leader said the U.S. must lift all sanctions if it wants Iran to return to its commitments to the nuclear deal with Western powers. (Office of the Iranian Supreme Leader via AP)
Foto: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (Office of the Iranian Supreme Leader via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran tiba-tiba ngamuk ke Prancis. Ini akibat media satir setempat, majalah Charlie Hebdo, yang menerbitkan kartun tentang pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Mingguan itu menerbitkan lusinan kartun yang mengolok-olok tokoh agama dan politik terkemuka republik Islam tersebut. Pembuatan kartun terkait dengan kompetisi yang diluncurkan Desember untuk mendukung gerakan protes tiga bulan di Iran, pasca kematian Mahsa Amini.

Mahsa Amini sendiri merupakan seorang gadis dari suku Kurdi yang tewas di tangan polisi syariah karena tak mengenakan hijab secara benar. Ini kemudian menyulut demo warga dan berujung pada tindakan represif termasuk hukuman mati ke aktivis.

"Tindakan menghina dan tidak senonoh dari publikasi Prancis dalam menerbitkan kartun melawan otoritas agama dan politik tidak akan berlanjut tanpa tanggapan yang efektif dan tegas," cuit Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, dikutip Kamis (5/1/2023).

"Kami tidak akan membiarkan pemerintah Prancis melangkahi batasnya. Mereka pasti telah memilih jalan yang salah," tambahnya lagi tanpa merinci konsekuensinya.

Iran pun telah memanggil duta besar Prancis Nicolas Roche. Kementerian Luar Negeri meminta penjelasan pemerintah.

"Prancis tidak berhak menghina kesucian negara dan negara Muslim lainnya dengan dalih kebebasan berekspresi," kata juru bicara kebijakan luar negeri Nasser Kanani.

"Iran sedang menunggu penjelasan dan tindakan oleh pemerintah Prancis untuk mengutuk perilaku yang tidak dapat diterima dari publikasi Prancis," tulisnya.

Charlie Hebdo sendiri sempat membuat heboh beberapa tahun silam dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Ini berujung dengan peristiwa berdarah di 2015.

"Ini adalah cara untuk menunjukkan dukungan kami kepada pria dan wanita Iran yang mempertaruhkan hidup mereka untuk mempertahankan kebebasan mereka melawan teokrasi yang telah menindas mereka sejak 1979," tulis direktur Charlie Hebdo Laurent Sourisseau, yang dikenal sebagai Riss, dalam editorialnya.

"Semua kartun yang diterbitkan"memiliki keuntungan melanggar otoritas yang diklaim oleh pemimpin tertinggi, serta kelompok antek-anteknya dan antek-antek lainnya," tambahnya.

Sementara itu, seorang anggota parlemen Uni Eropa (MEP) Prancis, yang juga mantan menteri Presiden Emmanuel Macron, Nathalie Loiseau, menggambarkan tanggapan Iran sebagai ancaman terhadap Charlie Hebdo. Namun, ujarnya rezim Iran tak bisa melarang Prancis.

"Sangat jelas: rezim represif dan teokratis di Teheran tidak melarang Prancis," katanya.

Khamenei adalah pemimpin penerus evolusi Ayatollah Ruhollah Khomeini yang diangkat seumur hidup. Di dalam politik sehari-hari, kritik terhadapnya dilarang di Iran.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan China, AS Was-Was Rusia Dekati Negara Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular