Ada Apa Ya? SPBU di Jakarta Lagi Marak Diobral Pemiliknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ada fenomena orang-orang kaya menjual SPBU miliknya ke pasaran. Padahal, bisnis ini dikenal memiliki keuntungan yang besar karena permintaan pasar yang pasti, dimana setiap masyarakat memerlukan bensin untuk mobilitas, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Pemilik menawarkan aset SPBU-nya dengan harga variatif, mulai dari puluhan miliar hingga ratusan miliar rupiah. Melansir situs property rumah123, terdapat sebuah SPBU di Kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan yang dijual dengan harga Rp 30 miliar.
"Dijual SPBU Pertamina siap pakai kondisi bagus. Untuk pom bensin Cirendeu, Luas tanah ±1800m², Sertifikat SHM, tersedia Pertamax - Pertalite - Solar," tulis penjual dikutip CNBC Indonesia, Rabu (4/1/23).
Selain itu, di Kebon Jeruk tengah dijual SPBU dengan harga Rp 70 miliar, luas bangunan 200 m2, Luas tanah 2143m, serta surat lengkap hak guna bangun. Adapun Legalitasnya izin dari Pertamina, sertifikat tanah dan SPPT PBB.
Ada juga SPBU dengan banderol ratusan miliar, misalnya di Jl TBSimatupang,Ciracas, Jakarta Timur dijual dengan harga Rp 112 miliar. Adapun SPBU ini masih aktif melayani banyak konsumennya.
Selebihnya banyak SPBU sejenis dijual di Jakarta, antara lain masih di Jakarta juga ada SPBU yang dijual Rp 35 miliar di kawasan Tanjung Priok Jakarta Utara, juga di Duren Sawit ditawarkan dengan harga Rp 30 miliar, dan masih banyak lainnya yang diposting OLX. Di Lamudi, penawaran SPBU dijual lebih banyak lagi, misalnya di Pantai Indah Kapuk Jakarta, ada SPBU dilego dengan harga Rp 60 miliar.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Rachmad Muhamadiyah menjelaskan fenomena ini, menurutnya lebih karena faktor bisnis saja. Saat pandemi lalu memang semua bisnis terkena imbasnya, termasuk SPBU dan para pemilknya kena dampak.
"Itu karena bisnis saja mungkin, seperti faktor lokasi dan persaingan dengan adanya SPBU-SPBU yang baru lebih menarik," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/1/23)
Ia juga bilang bisa juga ada faktor pemilik SPBU yang punya bisnis lain, tapi bisnis lainnya belum bisa bangkit dari efek pandemi sehingga butuh cashflow atau dana segar dengan menjual SPBU, untuk kepentingan kewajiban ke perbankan atau yang lainnya. "Dari informasi Pertamina, pengajuan baru masih terus bertambah, artinya SPBU masih ada peminatnya," katanya
(hoi/hoi)