Jokowi Sebut Ini Momok Menakutkan Tahun Lalu, Gimana 2023?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai waspada terhadap tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan, salah satunya rambatan dari tingginya inflasi global.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) seringkali menyebutkan inflasi sebagai momok yang sangat menakutkan. Inflasi yang tidak terkendali akan membuat daya beli masyarakat tergerus dan menekan perekonomian.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. "Ini ujian yang berat menghadapi tahun 2023. Bagaimana mengendalikan inflasi global, mencegah resesi terjadi, dan terus meningkatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi," ujar Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah mengumumkan, selama tahun 2022, Indonesia mengalami inflasi 5,51% secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi yang mencapai 5,51% tersebut mencetak rekor inflasi tertinggi dalam 8 tahun terakhir, yakni pada 2014 yang mencatatkan inflasi mencapai 8,36% (yoy).
Dalam keterangan resminya, Bank Indonesia (BI) menyebut Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2022 relatif terkendali. Prospek inflasi pada 2023 pun diperkirakan akan kembali ke sasaran 3% plus minus 1%.
Berbagai perkembangan bulanan menunjukkan inflasi pasca kenaikan harga BBM kembali terkendali tercermin pada ekspektasi inflasi dan tekanan inflasi yang terus menurun dan lebih rendah dari prakiraan awal.
"Tekanan inflasi 2022 yang lebih rendah dari prakiraan awal berdampak positif pada prospek inflasi 2023 yang diperkirakan kembali ke sasaran 3,0+1%," jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran resminya, Selasa (3/1/2023).
Adapun biaya produksi yang meningkat, diperkirakan akan mulai ditransmisikan kepada konsumen secara signifikan mulai tahun ini.
Adanya kenaikan kenaikan upah, tarif cukai tarif rokok, tarif tiket KRL, dan tarif ojek online pada tahun ini, juga menjadi hal yang patut diwaspadai oleh pemerintah dan otoritas dalam mengendalikan inflasi.
Menteri Keuangan Indonesia (periode 2014-2016) Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, kunci utama penanganan inflasi pada 2023 adalah dengan memastikan pasokan atau produksi barang sesuai dengan permintaan. Dan penanganan distribusi barang yang harus berjalan dengan baik.
Bambang menilai, distribusi barang bisa diatasi dengan memperbaiki kualitas perdagangan antar daerah. Adapun, terkait dengan upaya bank sentral menangani inflasi, Bambang mengatakan tugas bank sentral adalah merespons inflasi inti.
Hal ini karena inflasi inti menggambarkan pasokan dan permintaan dari suatu perekonomian. Menurutnya, Bank Indonesia (BI) telah menjalankan tugas tersebut dengan baik.
"Dari situ, kalau saya lihat, BI sudah melakukan tugasnya dengan baik, memastikan bahwa inflasi inti relatif terkendali," ujarnya dalam program Profit, CNBC Indonesia TV, dikutip Selasa (3/1/2023).
Bambang justru memandang pekerjaan rumah pemerintah adalah menjaga inflasi di sisi harga bergejolak. "Ini yang saya bilang kecukupan produksi dan kelancaran distribusi yang akan menjadi kunci," tegas Bambang.
Lantas seperti apa arah pergerakan inflasi di Indonesia pada 2023? Berikut proyeksi inflasi Indonesia dari berbagai ekonom yang sudah dihimpun oleh CNBC Indonesia.
1. BCA
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, inflasi di awal tahun ini masih akan dipengaruhi peningkatan inflasi pada sektor jasa, termasuk kenaikan upah.
Secara keseluruhan, inflasi Indonesia pada tahun ini akan jauh lebih rendah dari tahun ini, pada kisaran 5,3% - 5,5% (yoy).
"Inflasi di awal tahun ini masih akan dipengaruhi peningkatan inflasi di sektor jasa, termasuk kenaikan upah," jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (2/1/2023).
Kendati demikian, kenaikan inflasi di awal tahun ini, kata David akan dikompensasi oleh faktor high base effect pada kuartal III-2023 dan proyeksi stabilitas harga pangan.
2. Bank Mandiri
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi utama hingga semester I-2023 akan berada pada kisaran 4% hingga 6% (yoy).
Kemudian pada semester kedua, inflasi utama akan berkurang, akibat adanya low based effect dari dampak putaran kedua dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada barang dan jasa lainnya, yang akan berkurang pada semester II-2023.
Adapun secara keseluruhan, Bank Mandiri memperkirakan inflasi utama Indonesia sepanjang 2023 akan berada pada kisaran 3,6%.
"Karena realisasi inflasi utama pada 2022 lebih rendah dari perkiraan awal kami, kami merevisi perkiraan inflasi utama tahun 2023 dari 4,02% menjadi sekira 3,6%," jelas Faisal kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (2/1/2023).
3. Bank Danamon
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan, inflasi Indonesia pada tahun ini akan termoderasi, namun sedikit di atas target Bank Indonesia (BI) dan pemerintah).
Bank Danamon memproyeksi inflasi Indonesia pada 2023 akan mencapai pada kisaran 4,5% (yoy).
"Kami melihat penurunan utama inflasi tahun ini dari volatile foods atau pangan, seiring dengan harga komoditas global yang menurun," ujar Faiz.
Kendati demikian, untuk administered price dan inflasi inti, Faiz memperkirakan akan cenderung meningkat.
4. Center of Reform on Economics (Core) Indonesia
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, konsumsi rumah tangga pada 2023 akan melampaui level pra-pandemi, meskipun pertumbuhannya berpotensi melambat secara tahunan.
Adapun laju inflasi Indonesia tahun ini diperkirakan lebih rendah dan tidak akan banyak mengganggu konsumsi swasta secara agregat.
"Core Indonesia memprediksi inflasi tahun ini berkisar antara 2% hingga 3%, di bawah inflasi tahun ini," jelas Faisal.
Tingkat inflasi yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh pengetatan moneter yang sudah dimulai sejak kuartal IV-2022.
Inflasi yang lebih rendah pada tahun ini juga karena dari pelemahan harga komoditas khususnya komoditas non energi, dan rencana pemerintah untuk mengendalikan harga barang-barang yang diatur pemerintah (administered price) menjelang tahun politik.
Tingkat inflasi yang diperkirakan mencapai 2-3% pada tahun ini, diperkirakan tidak akan banyak mengganggu tingkat konsumsi rumah tangga berpendapatan menengah atas, yang menyumbang sebagian besar konsumsi rumah tangga secara agregat di Indonesia.
"Namun demikian, daya beli 40% penduduk berpendapatan terendah tetap akan tergerus oleh inflasi," ujar Faisal.
5. LPEM FEB UI
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, inflasi Indonesia pada tahun ini akan berada pada kisaran 4% hingga 5% secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi yang masih tinggi pada 2022, menyebabkan perlambatan besar terjadi tahun ini.
"Beberapa faktor penekan seperti melambatnya dan disrupsi ekonomi China sebagai partner dagang utama Indonesia," jelas Riefky.
"Angka 4% sebetulnya masih masuk target range BI sehingga relatif tidak terlalu tinggi," kata Riefky lagi.
[Gambas:Video CNBC]
Ekonomi Global Kacau, RI Aman Gak Ya?
(cap/cap)